1 November 2010

Pondok Pesantren Al Ma’Mur - Santrinya Anak Yatim dan Siswa Putus Sekolah

Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ma’Mur berdiri pada tahun 1969 silam. Ponpes yang berlokasi di Jl. Pesantren, Kreo Selatan, Kecamatan Larangan Cileduk, Kota Tangerang ini didirikan oleh KH. Djamhuri Marzuki.

Ponpes Al Ma’Mur mendidik para santrinya dengan konsep pembelajaran diniyah, atau pengajian klasikal. Dijelaskan oleh Pimpinan Ponpes Al Ma’Mur, M. Sirri Djamhuri atau yang akrab disapa Ustadz Sirri, kegiatan utama para santri adalah mengaji Al Quran.
“Kegiatan belajar pesantren dilakukan ba’da Ashar hingga malam hari. Pada saat itu, para santri akan belajar mengaji Al Quran yang dilanjutkan dengan dzikir Rotibul Hadad,” kata Ustadz Sirri.

Selain mengaji, para santri juga dibekali dengan kemampuan berkhotbah. Pembelajaran berkhotbah ini disebut muhadaroh, yang dilakukan seminggu sekali setiap Sabtu malam. Kemudian, pada malam Jum’at, para santri juga diwajibkan untuk membaca Yasin dan bertahlil.

Di Ponpes Al Ma’Mur, untuk tahun ini terdapat 80 santri, baik pria maupun wanita. Menurut Ustadz Sirri lagi, sebagian besar dari mereka berasal dari luar Jakarta atau Tangerang seperti Serang, Pandeglang, Karawang, dan Bandung.

Jenjang pendidikan di Ponpes Al Ma’Mur ini terbagi menjadi empat tingkatan, yakni Ibtida, Ula, Ustho, dan Ulya. Pembagian jenjang ini tidak berdasarkan usia, melainkan berdasarkan kemampuan mengaji siswa.

Yang juga menarik dari ponpes yang satu ini adalah para santrinya yang sebagian besar adalah anak yatim atau anak-anak putus sekolah. Sejak awal ponpes ini berdiri, kata Ustadz Sirri lagi, memang seperti itulah adanya. “Santri yang mondok di ponpes ini kebanyakan adalah anak yatim dan siswa putus sekolah. Mereka bisa belajar di sini tanpa harus membayar. Pun begitu ada juga beberapa santri yang berasal dari keluarga berkecukupan,” ujarnya.

Untuk perekrutan atau pendaftaran calon santri di Ponpes Al Ma’Mur, biasanya dilakukan oleh para alumni pesantren.

“Santri yang sudah selesai belajar di sini, biasanya akan kembali ke daerahnya masing-masing. Dan di sana mereka akan menyebarluaskan ilmu pengetahuannya. Dari situlah mereka bias merekomendasikan pesantren ini kepada anak yatim atau anak putus sekolah,” jelas Ustadz Sirri lagi.

Ponpes Al Ma’Mur ini sendiri bernaung di bawah Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (Yakiin), yang diketuai oleh Naufal Djamhuri. Ponpes ini member memberi perhatian lebih kepada anak-anak yatim dan siswa putus sekolah.

Sejumlah kegiatan lain juga dimiliki oleh ponpes ini, antara lain adalah seni Islam qosidah hadroh dan pencak silat beksi.

Lebih jauh Ustadz Sirri menuturkan, ia merasa ponpes ini masih sedikit memiliki kekurangan, terutama pada bidang fasilitas belajar untuk para santri. Yang dimaksudkannya adalah laboratorium komputer dan program keahlian kerja nyata seperti bengkel otomotif atau menjahit untuk para santrinya.

“Hal-hal itulah yang tengah kami upayakan. Kami juga sangat berharap para santri di sini tidak hanya menguasai ilmu agama saja, tapi juga memiliki kemampuan kerja yang bisa diaplikasikan langsung di masyarakat. Karena itu, jika ada pihak-pihak yang bersedia membantu mewujudkan cita-cita mulia ini, dengan senang hati akan kami sambut,” tegas Ustadz Sirri.

Berdiri di atas lahan seluas 3 ribu meter persegi, di dalam lingkungan Ponpes Al Ma’Mur juga terdapat sekolah formal, mulai dari tingkat madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, hingga aliyah. Dan para santri yang mondok di ponpes ini, juga ikut serta dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah formal tersebut.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger