2 Desember 2010

Orang yang Benar, Belum Tentu Orang yang Baik

Hampir setiap hari, rumahnya di bilangan Rawa Belong, Jakarta Barat, disinggahi banyak orang. Semuanya datang untuk berobat. Baik medis maupun non-medis.

Ustadz Aang Irwan (30th), membuka rumahnya sebagai tempat pengobatan dari sakit yang bersifat fisik maupun penyakit hati, dan segala hal yang berhubungan dengan dunia gaib.

Ketika bertandang ke rumahnya, terutama selepas Maghrib, jangan heran kalau sudah banyak orang yang mengantri untuk berobat. Meski dibuka sejak jam 10 pagi, tapi sebagian besar orang lebih banyak datang di malam hari.

Tidak ada nomer pasien dan tidak ada nomer giliran. Di sana, tidak perlu mendaftar untuk berobat. Kita tinggal menunggu dan bertanya pada pasien lainnya siapa orang yang datang sebelum kita. Kalau sudah tahu siapa orangnya, tinggal tunggu orang itu selesai berobat, lalu kita yang berikutnya.
Dalam ruang tunggu yang sebenarnya ruang tamu Ustadz Aang Irwan tersebut, lebih diutamakan agar setiap orang yang berobat bisa bersilaturahim dengan lainnya. Karena tidak ada nomer giliran, otomatis orang yang datang harus bertanya dengan yang lainnya. Dengan begitu, mereka akan saling berkenalan atau bertukar cerita tentang masalahnya.

Ustadz Aang Irwan Kecil
Ustadz Aang Irwan lahir di Tasikmalaya, 30 tahun lalu. Masa kecilnya banyak dihabiskan di sebuah dusun bernama Tebing Maut, Palembang, yang banyak dihuni masyarakat transmigran. Ayahnya seorang kepala dusun yang cukup terpandang di daerahnya.

Ketika berumur 6 tahun, Ustadz Aang Irwan kecil ingin sekali di sunat. Karena keinginan tersebut tidak bisa terbendung lagi, beliau pun memberanikan diri untuk berbicara dengan ayahnya. Tapi, tanpa disangka, sang ayah menolak keinginannya dengan alasan keluarga belum siap untuk menggelar hajatan sunat.

“Ayah saya itu kan, kepala dusun. Jadi, keluarga kami tidak bisa menggelar hajatan biasa-biasa saja karena akan banyak tamu yang diundang dan perlu persiapan,” kata Ustadz Aang Irwan.

Mendengar penolakan ayahnya, Ustadz Aang Irwan kecil pun kecewa lalu kabur dari rumah menuju hutan. Di dalam hutan, Ustadz Aang Irwan kecil menangis sejadi-jadinya dan merasa kesal. Namun, di tengah kegundahannya, beliau dihampiri oleh sosok gaib seorang kakek-kakek berjubah dan berpeci hijau yang menanyakan kenapa menangis.

Diceritakanlah apa saja yang baru terjadi dan apa yang menjadi keinginannya. Lalu, kakek tersebut pun menyuruh Ustadz Aang Irwan kecil untuk membuka celana. “Karena masih kecil, dengan polosnya, saya turutin saja perintah kakek tersebut. Saya disuruh baca al-Fatiha, setelah beberapa lama, alat vital saya sudah tersunat.
Waktu itu, saya tidak tahu kalau kakek itu sosok gaib atau orang biasa,” cerita Ustadz Aang Irwan.

Setelah selesai, lanjutnya, saya disuruh pulang dan sosok kakek tersebut pun menitip salam buat ayah saya.

Dari situ, setahun kemudian, Ustadz Aang Irwan kecil merasa ada perubahan dalam dirinya sampai berumur 7 tahun. Waktu itu, ayahnya pernah berpesan untuk mencari ilmu, jangan cari uang. Banyak-banyak membantu orang ketika besar nanti.

Selang beberapa waktu lamanya, ayah Ustadz Aang Irwan pun jatuh sakit. Bukan sakit biasa karena setiap ke rumah sakit, penyakitnya pun sembuh. Anehnya lagi, setiap malam Jumat Legi, dari tubuh ayahnya keluar paku yang sering dicabuti oleh Ustadz Aang Irwan kecil. “Dulu, saya yang sering cabutin,” ujar ustadz yang waktu kecil bercita-cita jadi polisi ini.

Tak berapa lama, ayahnya pun dipanggil Tuhan dengan meninggalkan tanda tanya besar buat Ustadz Aang Irwan kecil. Apakah ayahnya meninggal karena sakit atau dikerjain orang melalui ilmu gaib?

“Waktu kecil saya sempat mendendam pada siapa yang membunuh ayah saya. Sampai dengan 40 hari ayah meninggal, saya penasaran. Kalau benar ayah saya meninggal karena guna-guna, saya harus tahu siapa yang membunuhnya,” kata Ustadz Aang Irwan.

Karena jawaban dari pertanyaan tersebut tidak kunjung ditemui, Ustadz Aang Irwan kecil yang saat itu berumur 8 tahun pun pergi ke dalam hutan pedalaman dan bertemu dengan kepala suku primitif. Di sana, beliau memelajari berbagai ilmu dengan motivasi untuk mencari tahu siapa pembunuh ayahnya.

“Hampir 8 tahun saya tinggal dan belajar berbagai ilmu di hutan tersebut. Sampai suatu saat ketika guru yang sekaligus menjadi ayah angkat menunjukkan siapa sebenarnya pembunuh ayah saya. Lewat air yang terisi dalam sebuah gentong, saya bisa lihat wajah dan namanya,” ungkap Ustadz Aang Irwan.

Setelah itu, beliau pun pulang ke rumah yang sekitar 8 tahun ditinggalkannya. Sampai di rumah, ibunya sudah tidak mengenali lagi Ustadz Aang Irwan. Setelah diyakinkan, baru ibunya percaya. “Sampai di rumah, ternyata ibu saya sakit lumpuh.
Waktu itu, saya coba mengobati. Hanya dengan mengucap dua kali nama ayah, ibu saya langsung bisa berdiri,” cerita lelaki kelahiran Tasikmalaya, 8 – 8 -1980 ini.

Dua bulan lamanya di rumah, mencari tahu siapa sebenarnya nama pembunuh ayahnya yang telah diketahui, Ustadz Aang Irwan pun pergi ke tempat tinggal tersangka pembunuh ayahnya di daerah Tasikmalaya. Saat itu, dendamnya masih membara, dibawanya berbagai senjata tajam bermaksud untuk membunuh pembunuh ayahnya.

Tapi di luar dugaan, sesampainya di sana, bila semula penuh amarah dan dendam di hati untuk membalaskan kematian ayahnya, Ustadz Aang Irwan malah tidak berdaya dan serasa tidak bisa bergerak. Tersangka pembunuh ayahnya pun sudah tahu kalau akan didatangi.

“Entah kenapa, sosok ibu tua tersebut, dengan ketulusannya meminta maaf dan mengakui bahwa dialah yang membunuh ayahnya. Dua jam saya termenung. Apa yang harus saya lakukan dengan pengakuannya itu? Alhamdullilah di saat kebingungan batin, Allah memberikan maghfiroh apa yang telah dikerjakan ibu itu,” ujar Ustadz Aang Irwan.

Orang itu, tambahnya, ternyata sakit seperti ayah saya dan dalam keadaan terpasung. Saya tidak tega dan perang batin. Antara ingin membunuhnya atau tidak,” ujar Ustadz Aang Irwan.

Anehnya, lanjutnya, saat sedang bimbang, sosok yang dulu pernah menyunati saya, sekilas datang. Dia bilang, “dendam tidak akan ada habisnya”. Akhir kata, saya baru tahu kalau semua itu hanya salah paham dan orang itu saya obati.

Selepas peristiwa itu, masih di Tasikmalaya, Ustadz Aang Irwan kembali dikenali dengan ajaran Islam yang lama ditinggalkan di rumah kakeknya. Tiga bulan berselang, beliau pergi ke Cianjur, belajar di salah satu pesantren terkenal di sana. “Waktu pertama masuk, saya disuruh bersihkan badan. Kalau tidak mau, jangan masuk ke sini,” cerita Ustadz Aang Irwan.

Akhirnya di situ saya banyak belajar, tambahnya, saya ambil makna dari apa yang dialami. Di sana, saya baru tahu bahwa tidak ada yang namanya ilmu hitam atau ilmu putih. Tergantung ke mana dan tujuan hati kita. Buat apa kita melakukannya.

Di pesantren tersebut, Ustadz Aang Irwan banyak belajar teori-teori pengobatan sampai suatu saat bilang sama gurunya kalau beliau ingin bukti, bukan cerita. Akhirnya diberikanlah berbagai bukti-bukti pengobatan sampai hafal benar berbagai tehnik pengobatan beserta penawarnya.

Ke Jakarta
Masjid Istiqlal adalah tujuan Ustadz Aang Irwan ketika ingin datang ke Jakarta. Dengan kemauannya tersebut, Ustadz Aang Irwan rela berjalan kaki selama 5 hari 5 malam untuk ke Jakarta. Sebelum ke Jakarta, beliau diingatkan kembali oleh ibunya agar jangan gunakan kemampuan karena uang. “Waktu itu, saya cuma ingin cari jati diri, siapa sih diri saya ini?” kata Ustadz Aang Irwan.

Sesampainya di Jakarta, Ustadz Aang Irwan pergi ke Tanah Abang. Di sana, beliau bertemu dengan seorang Madura yang sakit, tidak bisa bangun karena asam urat. Ditolongnya orang itu, sampai dianggap sebagai orang tuanya sendiri. Lama di daerah tersebut, sempat pula Ustadz Aang Irwan berjualan sate sampai bertemu jodohnya di sana.

Sekarang, Ustadz Aang Irwan membuka rumahnya sebagai tempat pengobatan penyakit medis dan non-medis. Puluhan orang datang setiap hari. Mengenai biaya pengobatan ditetapkan seikhlasnya tanpa harga tertentu. “Pernah ada yang bayar 5000 rupiah, tidak apa-apa. Saya anggap jika saya menanam di sini, saya akan memanen di tempat lain,” katanya.

Dalam setiap pengobatan, akan digunakan pendekatan medis terlebih dulu. Kalau tidak ditemukan jawabanya, baru beralih ke pendekatan non-medis. “Saya tidak mau langsung ke hal non-medis. Jangan obati penyakit dengan penyakit,” tanda Ustadz Aang Irwan yang memiliki pesantren dengan nama Al Irwan di derah Bogor.

Menurutnya, semua kemampuan yang didapatnya adalah rahasia Allah. Kita baik karena belajar dari makna kesalahan sehingga tahu mana yang baik dan benar. “Orang yang benar belum tentu baik karena benar menurut kita belum tentu baik menurut orang lain. Tapi orang yang benar adalah orang yang belajar dari kesalahan untuk menjadi lebih baik,” tutupnya.

Memandang Islam yang Lebih Luas

Bicara tentang batas celana dalam Islam seperti celana cingkrang, celana dengan batas antara betis dan mata kaki, atau gerakan telunjuk saat duduk tahiyat ketika shalat adalah bagian kecil dari Islam.

Seperti telah diketahui, agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya, hubungan manusia dengan dirinya, serta hubungan manusia dengan sesamanya. Hubungan manusia dengan Penciptanya tercakup dalam masalah akidah dan ibadah. Hubungan manusia dengan dirinya diatur dengan hukum akhlak, makanan dan minuman, serta pakaian. Selain itu, hubungan manusia dengan sesamanya, diatur dengan hukum muamalah dan ‘uqubat (sanksi).
Dari pengajian bulanan Pemkota Tangerang, 23 November lalu di Pinang, Kota Tangerang, yang dipandu oleh Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA, KH. Husin Ma’arif, KH. Ahmad Bahsan Nasuhi, dan Ustadz Abdul Hamid, dapat disimpulkan Islam telah memecahkan persoalan hidup manusia secara menyeluruh dengan menitikberatkan perhatiannya kepada umat manusia secara integral, tidak terbagi-bagi.

Dengan demikian, kita melihat Islam menyelesaikan persoalan manusia dengan metode yang sama, yaitu membangun semua solusi persoalan tersebut di atas dasar akidah, yaitu asas rohani tentang kesadaran manusia akan hubungannya dengan Allah, kemudian dijadikan asas peradaban Islam, asas syariat Islam, dan asas negara. “Islam itu luas, jadi memandangnya juga harus dengan pola pikir yang terbuka,” kata Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA.

Syariat Islam telah menopang sistem kehidupan dan memerinci aturannya. Ada peraturan ibadah, muamalah, dan ‘uqubat. Syariat Islam tidak mengkhususkan akhlak sebagai pembahasan yang berdiri sendiri, namun Islam telah mengatur hukum-hukum akhlak dengan anggapan bahwa akhlak adalah bagian dari perintah dan larangan Allah SWT, tanpa melihat lagi apakah akhlak harus diberi perhatian khusus, melebihi hukum dan ajaran Islam yang lain. Bahkan, pembahasan akhlak tidak begitu banyak sehingga tidak dibuat bab tersendiri dalam fiqih. Para fuqaha (ulama fiqih) dan mujtahid tidak menitikberatkan pembahasan dan penggalian hukum dalam masalah akhlak.

Seorang Muslim ketika menyambut seruan Allah Swt untuk berlaku jujur, maka dia akan jujur. Apabila Allah Swt memerintahkannya untuk amanah, dia akan amanah. Begitu pula apabila Allah Swt melarang curang dan berbuat dengki, dia akan menjauhinya.
Dengan demikian, akhlak dapat dibentuk hanya dengan satu cara, yaitu memenuhi perintah Allah Swt. Untuk merealisasikan akhlak yaitu, budi pekerti luhur dan amal kebajikan. Sifat-sifat ini muncul karena hasil perbuatan, seperti sifat ‘Iffah (menjaga kesucian diri) yang muncul dari pelaksanaan shalat.

Allah Swt telah memerintahkan jujur, amanah, punya rasa malu, berbuat baik pada kedua orang tua, silaturahim, menolong orang dalam kesulitan dan sebagainya.
Semuanya merupakan sifat akhlak yang baik dan Allah Swt. menganjurkan kita terikat dengan sifat-sifat ini. Sebaliknya, Allah Swt. melarang sifat-sifat yang buruk, seperti berdusta, khianat, dengki, durhaka, melakukan maksiat, dan sebagainya.
Pengajian bulanan Pemkot Tangerang kali ini diikuti oleh sekitar 1.000 jemaah. Hadir dalam kesempatan ini, Wakil Walikota Tangerang, Arief R. Wismansyah.

Lebih jauh Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA, menuturkan, perjalanan Islam sangatlah berliku dan panjang. Apalagi jika bicara tentang fatwa-fatwa dan aturan hukum kehidupan dalam Islam. “Kunci utama sebagai pegangan hidup adalah Al Quran dan hadist. Jika tidak ada dalam keduanya, barulah beralih kepada ajaran para Mufti,” tegas Dr. KH. Nuralam Bahtir MA lagi.

Menurut Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA, hingga kini, ada 4 Mufti besar yang ajarannya terus dipakai hingga sekarang. Mereka adalah Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali. “Mereka mengajarkan hal-hal yang berbeda. Mulai dari Al Quran dan Hadist hingga menempatkan hukum dalam budaya lokal setempat,” tegas Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA.

Poin utama dari pengajian bulanan Pemkot Tangerang kali ini, melalui siraman rohani yang disampaikan oleh Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA, adalah Islam mengatur dan mengajarkan segala aspek kehidupan manusia. “Mengamalkan Islam harus sesuai aturan dan terlalu kaku,” pungkas Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA.

Pengajian bulanan ini diawali dengan pembacaan Yassin dan Tahlil yang kemudian dilanjutkan dengan Istigosah dan ditutup dengan siraman rohani. Selain dihadiri oleh jamaah umum, hadir juga sejumlah camat dan lurah dari wilayah Kota Tangerang.

Proteksi Agama Agar Anak Aman Bersahabat dengan Media

Informasi dan teknologi menjadi sahabat dekat manusia sekarang ini. Meski begitu, untuk anak-anak, tanpa proteksi dan pengawasan yang baik, kedua hal tadi bisa jadi sumber kesesatan dan dosa.

Dari sisi positif, media dapat menjadi sumber informasi dan pembelajaran yang memberi banyak manfaat. Namun dalam bentuk negatifnya, media ibarat kotak pandora yang menginfeksi masyarakat dengan beragam penyakit. Mulai dari kecanduan menonton, bias realitas hingga penanaman nilai-nilai buruk.
Di antara semua jenis media massa, televisi merupakan salah satu media yang paling berpengaruh dalam membentuk watak dan perilaku seseorang. Parahnya, lantaran lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi, anak-anak adalah objek yang paling besar kemungkinannya untuk dipengaruhi. Anak-anak Indonesia menghabiskan waktu untuk menonton televisi sekitar 30-35 jam per minggu atau 4-5 jam per hari.
Psikolog Bougenville Therapy & Child Development Center, Fanny Erla Z berpendapat, dampak negatif media akan berimbas pada perkembangan anak secara psikologis. Mulai dari terhambatnya perkembangan hingga perilaku-perilaku menyimpang.

Oleh karena itu, kini konsep literasi media atau melek media banyak didengungkan banyak pihak. Literasi media sendiri berarti kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan sebuah pesan yang disampaikan oleh media. Literasi media juga dibutuhkan agar masyarakat menjadi cerdas dalam menyerap informasi yang kian hari semakin mudah didapat.

Literasi media terutama muncul akibat perkembangan televisi. Lajunya perkembangan teknologi digital kemudian memunculkan juga literasi digital, dalam hal ini internet. Internet memiliki hampir semua fungsi media lainnya, termasuk games, berkirim pesan hingga menelepon. Untuk fungsi yang sedemikian besar, internet dapat diakses dengan biaya relatif murah.

Ibarat toko serba ada, segala macam informasi bisa didapat di internet, mulai dari ilmu pengetahuan dan teknologi hingga yang berdampak negatif seperti pornografi atau kekerasan. Ironisnya, banyak anak-anak yang kecanduan terhadap media berdampak negatif. “Sekarang banyak sekali anak yang kecanduan pornografi maupun game online, waktu belajar mereka tersita untuk hal-hal yang negatif. Untuk itu dibutuhkan pemahaman media yang memadai agar anak-anak bisa menggunakan media dengan lebih tepat,” terang Fanny.

Meski memberi banyak manfaat, literasi media belum dimanfaatkan optimal dalam dunia pendidikan kita. “Literasi media diperlukan siswa agar memiliki kemampuan dalam menggunakan media massa. Dalam hal ini sekolah bisa menjadi guidance,” ujar Muhammad Hatta, Direktur Madinah Islamic School, Serpong. Ia menambahkan, cara efektif agar siswa melek media adalah dengan pembelajaran melalui proses interaksi tentang media. Sekolah juga harus merumuskan program untuk menekan dampak negatif media. Tentunya tanpa mengekang kreativitas siswa dalam menggunakan media. Dengan kata lain, penggunaan media lebih diarahkan kepada sisi produktif siswa.

Orang tua berperan besar dalam penerapan literasi media terhadap anak-anaknya. Orang tua pun dituntut membekali anak-anak dengan pengetahuan agar dapat memilah media yang tepat. Selain menggunakan piranti pengaman akses halaman internet, sharing dengan si buah hati dan pendampingan adalah juga cara tepat agar anak melek media.

Satu hal yang tak boleh dilupakan manakala memproteksi anak-anak dari dampak negatif media, apapun jenisnya, adalah meningkatkan nilai keimanan anak. Caranya tentu saja dengan memperdalam ilmu agamanya. Dan sebagai muslim, orangtua wajib mengenalkan anak kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Al Quran, serta hari kiamat. Jika seorang anak semakin dekat dengan agamanya, tentu ia akan merasa takut untuk berbuat sesuatu yang dilarang agamanya, meski tanpa didampingi orangtuanya.

Yayasan Pendidikan Al-Chasanah

Tegakan Ajaran Islam Lewat Pendidikan

Perpaduan antara ilmu agama dan ilmu dunia yang seimbang melahirkan manusia berkarakter mulia sekaligus pandai. Meski berlomba dengan kencangnya laju modernitas, semangat untuk terus menegakan ajaran Islam tak sedikit pun boleh padam.

Yayasan Pendidikan Al-Chasanah murni merupakan yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan. Yayasan pendidikan, atau yang tepatnya berbentuk sekolah ini membangun institusi pendidikan berbasis Islam dengan landasan tauhid. Artinya, sekolah yang berlokasi di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat ini dibuat untuk menanggulangi materialisme pendidikan dengan tidak mengesampingkan unsur kualitas.
Dijelaskan oleh Koordinator Pendidikan Yayasan Al-Chasanah, H.M. Joesoef Effendi, dalam proses belajar mengajar, Al-Chasanah berpegang pada Islam dengan orientasi pada peningkatkan mutu sumber daya manusia, cita-cita Proklamasi dan UUD’45.

Yayasan Pendidikan Al-Chasanah merupakan yayasan yang bergerak membantu pemerintah dalam bidang pendidikan di wilayah NKRI. Pada tahun 1961, keluarga besar Chasanah memulai sekolah ini dari keluarga besarnya sendiri yang ke depannya menjadi cikal bakal Yayasan Al-Chasanah.

Program unggulan dari sekolah ini adalah penerapan Akhlaqul Karimah. Dengan artian, kurikulum berbasis agama bukan cuma tertulis, tetapi juga terkonsentrasi secara nyata pada penerapannya, baik pada setiap murid, guru, bahkan orangtua murid. Mereka harus menerapkan Akhlaqul Karimah ketika mulai menginjakkan kaki di sekolah ini.

Akhlaqul Karimah sendiri, jelas Joesoef, di antaranya adalah berakhlak, berakal, dan beramal. “Inilah program unggulan pendidikan Al-Chasanah. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum nasional dari Diknas yang banyak menitikberatkan pada agama Islam sebagai landasan kurikulum. Dan dalam setiap pengajarannya, kami senantiasa menumbuhkan kesadaran sendiri kepada anak didik,” tukas Joesoef lagi.

Yayasan pendidikan Al-Chasanah memiliki 5 jenjang pendidikan, yakni TK, SD, SMP, SMA, dan SMK. Pendidikan dengan basis ajaran Islam diterapkan di masing-masing jenjang.

“Akhlaqul karimah adalah ciri khas pendidikan di sekolah Al-Chasanah. Hal ini dilandasi perilaku Nabi Muhammad SAW yang wajib dijadikan teladan oleh umat muslim,” ujar Joesoef menambahkan.

Dikutip dari Q.S Al Ahzab ayat 21, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Ajaran-ajaran Islam yang jadi acuan utama tidak semata hanya menjadi slogan. Semua aspek yang terlibat di sekolah Al Chasanah, mulai dari siswa, guru, karyawan, orangtua murid, hingg ke jajaran para pimpinan wajib menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dengan sebaik-baiknya. “Yang paling sederhana, di lingkungan sekolah kami membiasakan kepada siapa pun untuk memulai suatu pekerjaan dengan mengucap basmalah dan mengakhirinya dengan ucapan hamdalah,” terang Joesoef.

Lebih jauh Joesoef menjelaskan, pendidikan yang seimbang antara agama dan ilmu pengetahuan umum juga diperhatikan oleh sekolah Al-Chasanah. Menurut Joesoef, seorang anak didik akan berguna di masyarakat manakala memiliki ilmu dunia dan agama yang sebanding. “Ilmu pengetahuan wajib diimbangi dengan moral dan akhlak yang mulia,” ucapnya.

Masjid Raya Bani Umar

Perpaduan Keindahan Seni dan Kemegahan

Masjid Raya Bani Umar Bintaro Jaya didirikan atas prakarsa keluarga mantan wakil presiden Indonesia periode 1983-1988, yaitu Alm. Umar Wirahadikusumah. Proses pembangunan masjid ditandai dengan penacapan tiang pertama pada 7 Juli 2007. Masjid ini diresmikan pemakaiannya pada 10 Oktober 2008 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tanggal ini bertepatan dengan tanggal lahir Alm. Umar Wirahadikusumah.

Bila kita melintas di Jl. Graha Raya Bintaro Jaya menuju Pondok Jagung, kita akan mendapati masjid megah ini berada di sisi kiri. Dengan kombinasi warna orange dan merah yang mencolok di beberapa sisi dinding dan menaranya, masjid yang dibangun di atas lahan seluas 1,2 hektar ini sungguh benar-benar menampilkan arsitektur yang unik dan menawan.
Masjid Raya Bani Umar dirancang oleh arsitektur Fauzan A.T. Noe’man, B.FA, B.Arch, IAI yang juga merupakan Direktur Utama PT. Biro Arsitektur Achmad Noeman (PT. BIRANO) yang sangat terkenal dengan desain-desain masjid yang cantik, unik dan berbeda seperti halnya masjid At-Tin, Jakarta Islamic Center, Al-Markaz, Masjid Raya Batam Center, dan lain sebagainya.

Masjid dengan Menara Tertinggi

Keunikan utama dari masjid ini adalah desainnya, bila kebanyakan masjid umumnya identik dengan keberadaan kubah, Masjid Raya Bani Umar tak memiliki kubah sama sekali. Disain ini merupakan salah satu ciri utama masjid rancangan Fauzan A.T. Noe’man. Ketiadaan kubah ini tak mengurang kemegahan Masjid Raya Bani Umar sedikit pun. Lagipula, kubah memang bukan unsur wajib yang harus dimiliki setiap masjid. Menara masjid yang menjulang setinggi 59,62 meter seakan menjadi jawaban yang tepat pengganti kubah. Tinggi menara Masjid Raya Bani Umar juga tercatat sebagai menara masjid tertinggi se-Tangerang.

Kemegahan masjid ini dapat langsung terasa ketika kita memasuki pintu gerbang, tampilan halaman yang luas langsung tersaji. Deretan pepohonan palem berdiri rapi di antara deretan rerumputan yang ditata laksana garis shof sholat. Lampu taman dengan ornamen yang selaras dengan masjid pun tak ketinggalan menghiasi pelataran halaman yang menghadap ke pintu utama masjid.

Di bagian bawah dari bangunan masjid ini terdapat ruang serbaguna, minimarket, kantor, dan ruang-ruang meeting. Untuk menuju ke ruang sholat utama, kita dapat melalui tangga yang berada di bagian depan masjid. Masjid ini memiliki ruang serambi yang lumayan luas. Dari ruang serambi ini kita bisa melihat panorama halaman masjid serta lingkungan sekitar.

Selain arsitekturnya, masjid yang konon menelan biaya sebesar Rp 2 Miliar ini juga didukung tata cahaya, sirkulasi udara, serta perpaduan warna yang selaras. Hamparan karpet empuk warna merah marun dapat ditemui di lantai dua yang menjadi ruang utama dari masjid ini. Lantai utama ini bisa diakses lewat anak tangga yang luas dan langsung terhubung dengan halaman utama atau bisa juga lewat anak tangga yang ada di sisi kanan kiri dari dalam bangunan. Tersedia pula ruang sholat tambahan di lantai tiga. Sementara lantai dasar dijadikan semacam aula (ruang pertemuan) dan toilet serta tempat wudhu yang tak kalah apiknya.

Di ruang utama masjid ini, kita akan menemui tampilan kaligrafi besar terlihat menempel di dinding sisi mihrab. Ornamen kaligrafi bertuliskan Allah Subhanahu Wata’ala dan Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tampak indah menghias di atas dinding marmer di sisi kiblat.

Pencahayaan dan Sirkulasi Udara
Sementara di langit-langit masjid tampak lampu-lampu yang didisain unik menggantung dengan indah. Hampir semua aspek di masjid ini didesain dalam bentuk yang selaras. Mulai dari lampu gantung, daun pintu, pembatas shof hingga teralis yang menjadi pagar pada bagian teras didesain dalam bentuk dan corak yang senada.

Kondisi pencahayaan dan sirkulasi udara pun tak lepas dari perhatian sang arsitek. Tak hanya dari segi estetika, secara fungsional pun masjid ini dirancang dengan tepat. Hampir di semua sisi dinding Masjid Raya Bani Umar terdapat ventilasi udara yang dirancang selaras dengan ornamen-ornamen pendukung lainnya. Dengan banyaknya sumber sinar matahari, pada siang hari kondisi cahaya di dalam ruangan masjid cukup terang meski tanpa menghidup lampu. Belum lagi banyaknya ventilasi udara yang membuat ruangan di masjid selalu sejuk. Dipadukan dengan empuknya karpet merah marun yang membentang di ruang utama, para jemaah pun akan merasa lebih khusuk dan nyaman dalam menunaikan ibadah.

Fasilitas pendukung
Beragam fasilitas pendukung melengkapi masjid yang dikelola oleh Yayasan Bakti Djayakusumah ini, mulai dari untuk keperluan ibadah hingga sosial kemasyarakatan lainnya. Seperti ruang pertemuan, ruang rapat/training, ruang belajar, klinik dan beberapa armada ambulance dan jenazah. Masjid raya bani umar memang tergolong memiliki banyak kegiatan. setiap minggu selalu ada kegiatan yang dilangsungkan, seperti pengajian ibu-ibu yang digelar setiap hari selasa dan pengajian bersama yang dilangsungkan setiap hari minggu. Dengan beragam fasilitas yang dimiliki, Masjid Raya Bani Umar menjadi salah satu sentra kegiatan keagamaan di kota Tangerang Selatan.

Bila Anda melintas di Jalan Raya Graha Raya Bintaro, Kelurahan Perigi Baru, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan, tempat dimana masjid ini berada, jangan sungkan-sungkan untuk mampir saat waktu sholat tiba. Jika memang belum saatnya adzan dikumandangkan, tak ada salahnya jika sejenak menikmati keindahan desain, arsitektur masjid yang diarsiteki oleh Fauzan Ahamd Noe’man ini. Lokasi Masjid Raya Bani Umar sendiri berdekatan dengan Kantor Kecamatan Pondok Aren, Mapolsek Pondok Aren dan belasan cluster mewah milik pengembang ternama, Bintaro Jaya dan BSD City.

SWIFT Syariah sesuai Murabah

SWIFT mengumumkan bahwa standar pesan ISO 15022 untuk memproses transaksi Murabaha treasury telah disertifikasi sesuai standar keuangan Islam internasional yang diterbitkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institutions). Sertifikasi ini memudahkan jalan bagi proses otomatisasi transaksi Murabaha treasury yang kabarnya mewakili 60% dari seluruh lembaga keuangan Islam.

Murabaha mencakup transfer uang dan perdagangan komoditas. SWIFT telah lama melakukan transaksi transfer keuangan. Tapi selama ini, perdagangan komoditas selama ini dilakukan secara manual. Biasanya dilakukan melalui fax tanpa adanya standar yang diakui secara global. SWIFT akhirnya mengeluarkan solusi untuk menggunakan standar pesan ISO 15022 dengan panduan dari Buku Pedoman Murabaha (panduan dapat diunduh dari www.swift.com/IslamicFinance).
“AAOIFI bertanggung jawab untuk standar industri keuangan Islam global dan kami telah menciptakan praktek keuangan terbaik bagi industri ini. Kolaborasi kami dengan SWIFT bertujuan untuk membangun infrastruktur keuangan Islami internasional yang baik secara struktur maupun regulasi,” ujar Sekertaris Jenderal AAOIFI, Dr. Mohamad Nedal Alchaar.

Chief Executive SWIFT untuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika, Alain Raes, yang mewakili SWIFT dalam menerima sertifikat pengesahan pada konferensi Sibos di Amsterdam mengatakan, SWIFT sangat berbahagia menerima pengesahan dari AAOIFI. SWIFT dan AAOIFI memiliki tujuan yang searah dan kami melayani pelanggan yang sama. Otomatisasi Murabaha merupakan langkah awal untuk perjalanan panjang kolaborasi kami pada komunitas finansial Islami.

Penggunaan pesan keuangan sesuai ISO 15022 pada SWIFT tidak akan mengubah proses antar bank sebagaimana yang telah berlangsung saat ini, yaitu proses antara nasabah dan perantara. Namun, data yang diperoleh pada kesepakatan utama Murabaha saat ini ini diubah dengan menggunakan pesan yang telah distandarisasi melalui SWIFT.
Sebelumya, kesepakatan konfirmasi bilateral ini diubah secara manual. Pihak-pihak yang tergabung di Murabaha akan mendapatkan keuntungan dari standar elektronik kesepakatan global, yaitu otomatisasi yang akan mengarah kepada penurunan biaya dan resiko serta jejak audit untuk pelaksanaan ketentuan syariah.

Mohammed Paracha, Wakil Kepala Keuangan Islami Global pada praktek hukum internasional Norton Rose Group menggarisbawahi kemungkinan proses Murabaha pada SWIFT. Mr. Paracha memberikan komentar, “Industri keuangan Islami akan mengandalkan transaksi Murabaha sebagai lapisan dasar dari likuiditas manajemen. Di saat ketiadaan alternatif, industri harus melihat langkah awal yang dilakukan oleh SWIFT dan pengesahannya oleh AAOFI sebagai langkah yang luar biasa positif. Hal ini mengurangi biaya dasar operasional back office untuk setiap perdagangan. Sebagai tambahan, implementasi dari pesan SWIFT pada sistem dapat mengarah kepada otomatisasi pelaksanaan ketentuan Syariah dan audit.

Lebih dari 240 bank Islami yang mewakili 84% dari pelaksanaan aset Syariah global merupakan anggota dari SWIFT. “Kami telah bekerjasama dengan sejumlah bank dan perantara di Bahrain, Kuwait, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Malaysia dan Inggris untuk memahami kebutuhan mereka serta melaksanakan pesan
keuangan sesuai ISO 15022 sebagai solusi,” kata Head of SWIFT’s Islamic Finance Initiative, Peter Ware.

Keuangan Islami tumbuh lebih dari 20% per tahun. Akibatnya, permintaan untuk pelaksanaan standar pesan keuangan Syariah juga terus bertumbuh. SWIFT bekerjasama dengan komunitas keuangan Islami untuk menjawab tantangan ini, yaitu pada level bank secara individual dan organisasi seperti AAOIFI dan AIBIM (the Association of Islamic Banking Institutions Malaysia).

Syukuran Setahun MT Ass Syukuriah

Pengajian Majelis Ta’lim Ass Syukuriah mengadakan syukuran dalam rangka memperingati satu tahun terbentuknya pengajian pimpinan Hj. Heni Gunawan di Majelis Ta’lim Ass Syukuriah, Giri Loka 2 BSD, Senin (22/11).

Acara yang dimulai pukul 10.00 WIB hingga 12.00 WIB ini, berlangsung sederhana. Sebanyak empat puluh anggota pengajian MT Ass Syukuriah mengikuti acara yang di isi dengan ceramah agama yang dipimpin Ustadz Budi dan ditutup dengan doa bersama. Pimpinan Pengajian Ass Syukuriah, Hj. Heni Gunawan mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk rasa syukur atas hari jadi pengajian Ass Syukuriah yang pertama.
Acara ini sekaligus dijadikan sebagai momen untuk menambah hubungan silahturahmi antar anggota. Ke depannya, Ass Syukuriah mempunyai program untuk lebih menjangkau masyarakat khususnya di daerah perumahan. Tidak hanya di perumahan, pengajian ini terbuka juga untuk umum. Semakin bertambah usia diharapkan pula pengajian ini bertambah anggotanya.

“Kami terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung. Kami juga berharap dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat lain. Semoga pengajian ini semakin berkembang dan dapat melakukan banyak kegiatan di masa-masa yang akan datang,” kata Heni.

Selain fokus pada kegiatan keagamaan, pengajian ini juga aktif pada aksi sosial. Pada momen tertentu, anggota pengajian kerap mengadakan kegiatan sosial, baik yang dikemas dalam bentuk bakti sosial ataupun pemberian sumbangan kepada masyarakat yang membutuhkan.

 
Powered by Blogger