1 November 2010

H Muhammad Saidi - Malu Rasanya Tidak Bisa Baca Al-quran

Mengingat kondisi masyarakat saat ini masih lemah dalam memahami dan membaca huruf Alquran, menjadikan suatu kewajiban bagi seorang ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangsel, H Muhammad Saidi untuk memangkas pembodohan tersebut.

Hal ini sengaja dilakukannya semata-mata karena Allah SWT. Alasan mulianya itu atas dasar dirinya sebagai seorang muslim harus memberikan kontribusi yang baik kepada masyarakat yang membutuhkan, terlebih tentang pengetahuan huruf Al-quran.
”Malu rasanya kita beragama Islam tapi tidak bisa membaca Al-quran. Maka dari itu, saya melalui program kerja MUI akan memberantas kebodohaan aksara Alquran pada seluruh masyarakat,” jelasnya.

Kata dia, MUI sebagai penggagas program ini, namun hal tersebut akan berjalan baik jika para warganya mempunyai kesadaran dan kemauan yang tinggi untuk belajar. ”Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau merubah keadaan dirinya sendiri untuk merubah keadaannya,” gagasnya.

Agar lebih jelas, mari kita simak seson tanya jawab Ma’rifat bersama H Muhammad Saidi di bawah ini.

Mengapa Umat Islam penting memahami huruf Alquran?
Menurut Ahmad Tafsir, beragama adalah masalah sikap. Di dalam Islam, sikap beragama itu intinya adalah iman. Jadi yang dimaksud beragama pada intinya adalah beriman.
Jiwa beragama atau perilaku beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang merefleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas. Aspek rohaniah individu tersebut direfleksikan dengan membaca ayat-ayat Alquran.

Jadi sangat penting sekali orang yang beragama Islam untuk memahami huruf Al-quran, karena Alquran adalah kitab pedoman yang tertinggi kedudukannya sebagai pedoman hidup yang membawa syafaat dunia dan akhirat.

Apa yang menyebabkan masyarakat belum memahami huruf Alquran?
Faktor penyebab utama banyaknya masyarakat buta huruf tersebut karena adanya sikap berhenti belajar, kurang sadar tentang pentingnya ilmu agama, serta adanya pemahaman keilmuan agama masih lemah.

Masyarakat buta huruf tersebut didominasi warga umur 60 tahun ke atas, selebihnya dialami oleh remaja dan anak-anak kecil. Hal tersebut diharapkan para orang tua dan alim ulama di wilayahnya dapat berperan aktif dalam perhatian masalah satu ini, karena kondisi memprihatinkan ini masih banyak dialami masyarakat luas. Jangankan remaja, para orang tua juga masih banyak yang belum mengerti.

Sikap awal apa yang akan dilakukan MUI?
Kami akan melakukan percontohan terlebih dahulu di beberapa kecamatan pada bulan ini. Pelaksanaannya dilaksanakan oleh masing-masing kebijakan setiap kelompok. Yakni, setiap kelurahan dibentuk dua kelompok. Masing-masing kelompok berjumlah 20 orang dengan lima orang pengajar. Kalau di Kecamatan Pamulang sudah terlihat hasilnya, maka selanjutnya akan dilanjutkan pada kecamatan-kecamatan yang lainnya

Jika program ini sudah selesai, apakah ada tindaklanjut?

Demi meningkatkan kualitas daya baca Al-Quran pada masyarakat, juga sebagai pemberdayaan bagi para guru ngaji yang selama ini menganggur. Jadi pasti akan ditindaklanjuti ke depannya. Yaitu dengan memberdayaan para guru ngaji untuk terus mengajarkan ilmunya kepada penerus yang masih kecil. Karena, kondisi para guru ngaji tersebut sungguh emprihatinkan dari segi pekerjaan, serta kurang perhatian pemerintah. Degan begitu, para guru ngaji di daerah dapat diberdayakan dan dimanfaatkan ilmunya lebih fokus lagi. Serta menghasilkan penghasilan yang akan diusahakan MUI.

Apa harapan untuk pemerintah?
Karena hal ini merupakna kondisi yang sangat serius, saya berharap pemerintah agar lebih memperhatikan dan mengeluarkan program yang berkaitan dengan pemberantasan buta aksara Quran. Selain itu dari pihak terkait dapat memberikan bantuan berupa kerjasama untuk menjalankan visi dan misi yang sama dalam membangun Kota Tangsel sebagai Kota yang religius dan berpendidikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger