1 November 2010

Kumpulan Kaligrafer Penebar Siar Islam

Indah dan Islami, hal itulah yang tersirat di pikiran kita bila melihat karya-karya kaligrafi. Belitan huruf-huruf Arab yang dihiasi berbagai ornamen warna-warni, semakin menambah kekaguman terhadap seni Islam yang satu ini.

Sebagian besar seni Kaligrafi diaplikasikan untuk menghias berbagai rumah ibadah dan rumah tinggal. Tapi dalam perkembanganya, banyak pula yang menghiasi berbagai bidang seperti koin, permata, senjata, batu alam, dan sebagainya. Bahkan, ada juga yang menerapkannya dalam lukisan atau cinderamata. Seperti terlihat di Noqtah Art Gallery yang berlokasi di bilangan Bintaro.
Tidak banyak yang bisa mengaplikasikan seni tulis huruf Arab yang isinya berupa potongan ayat Alqur'an atau Hadits Nabi SAW ini. Hal itu disebabkan karena tingkat kerumitan yang terkandung di dalamnya dan pemahaman terhadap bahasa Arab. Belum lagi penguasaan gaya desain yang biasanya harus disesuaikan dengan keinginan pemesan.

“Memang tidak mudah untuk membuat seni kaligrafi ini. Perlu ketekunan dan kesabaran tinggi dalam pengerjaannya. Detail setiap desain perlu diperhatikan dan juga skala ukur yang akan diterapkan dalam medianya nanti,” kata Direktur Utama Noqtah Art, Isep Misbah S.Ag.

Noqtah Art
Noqtah Art dimulai dari aktifitas Isep Misbah dan temannya dalam menerima order untuk membuat kaligrafi di masjid dan rumah. Awalnya, lelaki kelahiran 7 Maret 1974 ini, hanya sebatas hobi. Tapi dari situ, ternyata banyak permintaan dari masyarakat. Lalu, lulusan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah tahun 2000 ini, mulai membentuk tim kaligrafer profesional yang berprestasi.

“Saya kumpulkan beberapa kaligrafer yang pernah juara dalam kompetisi kaligrafi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Setelah itu, mulailah saya bekerja secara profesional dan terbentuklah Noqtah Art secara resmi pada tahun 1997,” jelas Isep yang mengenal kaligrafi sejak di Pondok Modern Assalam, Sukabumi.

Pertama kali, Isep hanya mengaplikasikan Kaligrafi dengan media cat.Tapi sekarang, dengan Noqtah Art, alumlus Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) tahun 1994 ini, telah merambah media lain seperti kayu GRC, mika, kuningan, stainless steel, metal, dan batu alam. Semua media tersebut, bisa dibuatnya menjadi karya kaligrafi yang menawan.

“Selain inovasi media, kami juga mengembangkan Kaligrafi ke dalam elemen-elemen interior seperti lukisan, cinderamata, dan hiasan dinding lain,” ujar Isep yang memajang berbagai lukisan Kaligrafi senilai Rp 500 ribu sampai 25 juta di galerinya.

Dari sekian banyak order yang diterima, sebagian besar adalah pengerjaan kaligrafi untuk masjid. Berbagai tempat ibadah umat Muslim banyak dihiasi kaligrafi dari Noqtah. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga masjid di luar negeri seperti Masjid Kholid bin Walid Polis Diraja Sarawak Malaysia. “Sudah lebih dari 70 masjid dan rumah yang pernah saya kerjakan,” ucap Isep yang pernah mendapat penghargaan kategori Kaligrafi Modern dari Al-Burda Award Dubai UEA pada tahun 2009.

Gaya Kaligrafi
Dari sekian banyak gaya kaligrafi yang beredar sekarang, sebagian besar masyarakat lebih menyukai gaya Maroko dan Minimalis. Maroko khas dengan Arabes atau Zukrofah Islami. Desainnya geometris berbentuk anyaman. Lain lagi dengan gaya Minimalis yang simpel, praktis, dan terkesan kaku. “Tapi dalam penerapannya, motif harus sinergi dengan gaya arsitektur,” jelas Isep.

Kaligrafi adalah tulisan indah di mana huruf demi huruf dalam kaligrafi Arab bisa disambungkan. Jenis hurufnya sendiri sangat variatif. Begitu juga dengan gaya kaligrafinya. Pada jaman Dinasti Abasiah, terdapat lebih dari 500 gaya desain yang populer.

Sekarang ini, ada 8 jenis kaligrafi Arab yang populer. Di antaranya, Sulus, Naskhi, Ta’liq, Diwani, Diwani Jali, Riq’ah, Kufi, dan Ijazah. Lainnya disesuaikan dengan daerahnya seperti Maroko dengan gaya Maghribi-nya atau India dengan Kaligrafi Hindi.

Biasanya, dalam penerapan dan penggalian ide desain kaligrafi, Isep akan memerhitungkan ciri khas daerah dari pemesannya. Masing-masing daerah pasti memiliki simbol atau karakter tertentu yang akan ditambahkan sebagai ornamen-ornamen penghias dalam kaligrafi.

Dari beberapa proses pengerjaan, menurut Isep, paling sulit adalah fase penemuan ide desain. Di situ biasanya akan banyak waktu lama karena kaligrafi adalah produk seni dalam sebuah industri di mana kita harus bisa mengejawantahkan kemauan pemesan. Bukan semau kita, tapi harus bisa mengakomodasi kemauan pemesan.

Harga Kaligrafi
Mengenai harganya, Isep cenderung melihat tingkat kesulitan, kerumitan, dan kondisi dari proyek yang akan dikerjakannya. Seperti halnya ketika Isep mengerjakan Masjid Agung Darussalam di Sumbawa Barat. Kubah masjid tersebut memiliki ketinggian sekitar 40 meter dengan diameter lingkaran sepanjang 25 meter. Dengan resiko pengerjaan yang tinggi, maka harga pun akan mengikutinya. Tapi, kalau mau disebutkan, harga yang dipatok untuk pengerjaan kaligrafi standar menggunakan media cat acrylic, sekitar Rp 500 ribu per meter.

Sedangkan lama pengerjaan, terbilang relatif dari 1 minggu sampai 2 atau 3 bulan. Semuanya tergantung tingkat kerumitan dan juga kemauan pemesan. “Biasanya, ada yang mengejar tenggat waktu peresmian. Kalau begitu, kita harus menerjunkan tim yang cukup banyak,” kata Isep.

Sama halnya dengan Musaf Al-Quran untuk Sumbawa yang sedang dikerjakan Noqtah Art saat ini. Lama pengerjaan bisa 2 – 3 tahun. Di samping pengerjaannya yang hand made, musaf tersebut juga dihiasi berbagai ornamen daerah seperti bunga Setanggi, Lonto Engal, dan Bintang 8 yang menjadi ciri khas daerah Sumbawa. Belum lagi ukurannya yang cukup besar (1 X 1,5 meter).


0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger