2 Desember 2010

Proteksi Agama Agar Anak Aman Bersahabat dengan Media

Informasi dan teknologi menjadi sahabat dekat manusia sekarang ini. Meski begitu, untuk anak-anak, tanpa proteksi dan pengawasan yang baik, kedua hal tadi bisa jadi sumber kesesatan dan dosa.

Dari sisi positif, media dapat menjadi sumber informasi dan pembelajaran yang memberi banyak manfaat. Namun dalam bentuk negatifnya, media ibarat kotak pandora yang menginfeksi masyarakat dengan beragam penyakit. Mulai dari kecanduan menonton, bias realitas hingga penanaman nilai-nilai buruk.
Di antara semua jenis media massa, televisi merupakan salah satu media yang paling berpengaruh dalam membentuk watak dan perilaku seseorang. Parahnya, lantaran lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi, anak-anak adalah objek yang paling besar kemungkinannya untuk dipengaruhi. Anak-anak Indonesia menghabiskan waktu untuk menonton televisi sekitar 30-35 jam per minggu atau 4-5 jam per hari.
Psikolog Bougenville Therapy & Child Development Center, Fanny Erla Z berpendapat, dampak negatif media akan berimbas pada perkembangan anak secara psikologis. Mulai dari terhambatnya perkembangan hingga perilaku-perilaku menyimpang.

Oleh karena itu, kini konsep literasi media atau melek media banyak didengungkan banyak pihak. Literasi media sendiri berarti kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan sebuah pesan yang disampaikan oleh media. Literasi media juga dibutuhkan agar masyarakat menjadi cerdas dalam menyerap informasi yang kian hari semakin mudah didapat.

Literasi media terutama muncul akibat perkembangan televisi. Lajunya perkembangan teknologi digital kemudian memunculkan juga literasi digital, dalam hal ini internet. Internet memiliki hampir semua fungsi media lainnya, termasuk games, berkirim pesan hingga menelepon. Untuk fungsi yang sedemikian besar, internet dapat diakses dengan biaya relatif murah.

Ibarat toko serba ada, segala macam informasi bisa didapat di internet, mulai dari ilmu pengetahuan dan teknologi hingga yang berdampak negatif seperti pornografi atau kekerasan. Ironisnya, banyak anak-anak yang kecanduan terhadap media berdampak negatif. “Sekarang banyak sekali anak yang kecanduan pornografi maupun game online, waktu belajar mereka tersita untuk hal-hal yang negatif. Untuk itu dibutuhkan pemahaman media yang memadai agar anak-anak bisa menggunakan media dengan lebih tepat,” terang Fanny.

Meski memberi banyak manfaat, literasi media belum dimanfaatkan optimal dalam dunia pendidikan kita. “Literasi media diperlukan siswa agar memiliki kemampuan dalam menggunakan media massa. Dalam hal ini sekolah bisa menjadi guidance,” ujar Muhammad Hatta, Direktur Madinah Islamic School, Serpong. Ia menambahkan, cara efektif agar siswa melek media adalah dengan pembelajaran melalui proses interaksi tentang media. Sekolah juga harus merumuskan program untuk menekan dampak negatif media. Tentunya tanpa mengekang kreativitas siswa dalam menggunakan media. Dengan kata lain, penggunaan media lebih diarahkan kepada sisi produktif siswa.

Orang tua berperan besar dalam penerapan literasi media terhadap anak-anaknya. Orang tua pun dituntut membekali anak-anak dengan pengetahuan agar dapat memilah media yang tepat. Selain menggunakan piranti pengaman akses halaman internet, sharing dengan si buah hati dan pendampingan adalah juga cara tepat agar anak melek media.

Satu hal yang tak boleh dilupakan manakala memproteksi anak-anak dari dampak negatif media, apapun jenisnya, adalah meningkatkan nilai keimanan anak. Caranya tentu saja dengan memperdalam ilmu agamanya. Dan sebagai muslim, orangtua wajib mengenalkan anak kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Al Quran, serta hari kiamat. Jika seorang anak semakin dekat dengan agamanya, tentu ia akan merasa takut untuk berbuat sesuatu yang dilarang agamanya, meski tanpa didampingi orangtuanya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger