2 Desember 2010

Memandang Islam yang Lebih Luas

Bicara tentang batas celana dalam Islam seperti celana cingkrang, celana dengan batas antara betis dan mata kaki, atau gerakan telunjuk saat duduk tahiyat ketika shalat adalah bagian kecil dari Islam.

Seperti telah diketahui, agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya, hubungan manusia dengan dirinya, serta hubungan manusia dengan sesamanya. Hubungan manusia dengan Penciptanya tercakup dalam masalah akidah dan ibadah. Hubungan manusia dengan dirinya diatur dengan hukum akhlak, makanan dan minuman, serta pakaian. Selain itu, hubungan manusia dengan sesamanya, diatur dengan hukum muamalah dan ‘uqubat (sanksi).
Dari pengajian bulanan Pemkota Tangerang, 23 November lalu di Pinang, Kota Tangerang, yang dipandu oleh Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA, KH. Husin Ma’arif, KH. Ahmad Bahsan Nasuhi, dan Ustadz Abdul Hamid, dapat disimpulkan Islam telah memecahkan persoalan hidup manusia secara menyeluruh dengan menitikberatkan perhatiannya kepada umat manusia secara integral, tidak terbagi-bagi.

Dengan demikian, kita melihat Islam menyelesaikan persoalan manusia dengan metode yang sama, yaitu membangun semua solusi persoalan tersebut di atas dasar akidah, yaitu asas rohani tentang kesadaran manusia akan hubungannya dengan Allah, kemudian dijadikan asas peradaban Islam, asas syariat Islam, dan asas negara. “Islam itu luas, jadi memandangnya juga harus dengan pola pikir yang terbuka,” kata Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA.

Syariat Islam telah menopang sistem kehidupan dan memerinci aturannya. Ada peraturan ibadah, muamalah, dan ‘uqubat. Syariat Islam tidak mengkhususkan akhlak sebagai pembahasan yang berdiri sendiri, namun Islam telah mengatur hukum-hukum akhlak dengan anggapan bahwa akhlak adalah bagian dari perintah dan larangan Allah SWT, tanpa melihat lagi apakah akhlak harus diberi perhatian khusus, melebihi hukum dan ajaran Islam yang lain. Bahkan, pembahasan akhlak tidak begitu banyak sehingga tidak dibuat bab tersendiri dalam fiqih. Para fuqaha (ulama fiqih) dan mujtahid tidak menitikberatkan pembahasan dan penggalian hukum dalam masalah akhlak.

Seorang Muslim ketika menyambut seruan Allah Swt untuk berlaku jujur, maka dia akan jujur. Apabila Allah Swt memerintahkannya untuk amanah, dia akan amanah. Begitu pula apabila Allah Swt melarang curang dan berbuat dengki, dia akan menjauhinya.
Dengan demikian, akhlak dapat dibentuk hanya dengan satu cara, yaitu memenuhi perintah Allah Swt. Untuk merealisasikan akhlak yaitu, budi pekerti luhur dan amal kebajikan. Sifat-sifat ini muncul karena hasil perbuatan, seperti sifat ‘Iffah (menjaga kesucian diri) yang muncul dari pelaksanaan shalat.

Allah Swt telah memerintahkan jujur, amanah, punya rasa malu, berbuat baik pada kedua orang tua, silaturahim, menolong orang dalam kesulitan dan sebagainya.
Semuanya merupakan sifat akhlak yang baik dan Allah Swt. menganjurkan kita terikat dengan sifat-sifat ini. Sebaliknya, Allah Swt. melarang sifat-sifat yang buruk, seperti berdusta, khianat, dengki, durhaka, melakukan maksiat, dan sebagainya.
Pengajian bulanan Pemkot Tangerang kali ini diikuti oleh sekitar 1.000 jemaah. Hadir dalam kesempatan ini, Wakil Walikota Tangerang, Arief R. Wismansyah.

Lebih jauh Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA, menuturkan, perjalanan Islam sangatlah berliku dan panjang. Apalagi jika bicara tentang fatwa-fatwa dan aturan hukum kehidupan dalam Islam. “Kunci utama sebagai pegangan hidup adalah Al Quran dan hadist. Jika tidak ada dalam keduanya, barulah beralih kepada ajaran para Mufti,” tegas Dr. KH. Nuralam Bahtir MA lagi.

Menurut Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA, hingga kini, ada 4 Mufti besar yang ajarannya terus dipakai hingga sekarang. Mereka adalah Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali. “Mereka mengajarkan hal-hal yang berbeda. Mulai dari Al Quran dan Hadist hingga menempatkan hukum dalam budaya lokal setempat,” tegas Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA.

Poin utama dari pengajian bulanan Pemkot Tangerang kali ini, melalui siraman rohani yang disampaikan oleh Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA, adalah Islam mengatur dan mengajarkan segala aspek kehidupan manusia. “Mengamalkan Islam harus sesuai aturan dan terlalu kaku,” pungkas Dr. KH. Nuralam Bahtir, MA.

Pengajian bulanan ini diawali dengan pembacaan Yassin dan Tahlil yang kemudian dilanjutkan dengan Istigosah dan ditutup dengan siraman rohani. Selain dihadiri oleh jamaah umum, hadir juga sejumlah camat dan lurah dari wilayah Kota Tangerang.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger