5 November 2010

Selamat Menunaikan Ibadah Haji, Semoga Menjadi Haji Mabrur

Rombongan calon jemaah haji Kota Tangerang 2010 yang tergabung dalam dua kelompok terbang (kloter), yakni kloter 41 dan kloter 42 resmi diberangkatkan dari Masjid Raya Al-Adzhom Tangerang, Jum’at (5/11). Para calhaj ini diberangkatkan dengan bus yang akan menuju Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.

Pelepasan jemaah haji kloter terakhir dari Kota Tangerang ini dilakukan oleh Kepala Bagian Kesejahteraan Masyarakat Pemerintah Kota Tangerang Ghozali Barmawi didampingi oleh H. Zaenal Arifin dan H. Mudini dari Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang.
Tak ketinggalan, ribuan anggota keluarga yang datang untung melepas calon jemaah haji ke tanah suci. Tangis haru anggota keluarga yang mengantar pun mewarnai pelepasa calhaj kali ini. Bahkan, sebelum berangkat banyak pula calhaj yang berfoto bersama keluarga.

Kloter 41 dan 42 merupakan kloter terakhir bagi calon jemaah haji Kota Tangerang. Kloter pertama yakni kloter 1 tingkat provinsi Banten atau kloter 4 tingkat nasional sendiri telah diberangkatkan dari Masjid Raya Al-Adzhom pada 13 Oktober lalu dan dilepas langsung oleh Walikota Kota Tangerang Wahidin Halim dan Wakil Walikota H. Arief R. Wismansyah.

“Total calhaj Kota Tangerang 2010 sebanyak 2.212 orang dan terbagi dalam enam kloter. Hari ini merupakan pelepasan dua kloter terakhir,” ujar H. Zaenal Arifin. Selama di tanah suci, calhaj dihimbau untuk tetap menjaga kondisi fisik dan stamina tetap fit agar dapat menyelesaikan semua tahapan haji dengan lancar. Selamat jalan calon jemaah haji Kota Tangerang. Semoga pulang menjadi haji mabrur.

3 November 2010

Kolaborasi Seni Galang Dana untuk Korban Bencana

Untuk meringankan beban mereka yang terkena musibah korban bencana alam di Indonesia, seniman-seniman Tangerang bekerjasama dengan Komunitas Milis BSD Society membuat acara penggalangan dana dalam bentuk pagelaran kolaborasi seni bertema Charity Coustic for Waisor, Mentawai & Merapi.
Sebanyak 15 kelompok seniman Tangerang dan grup band papan atas Indonesia, seperti Zigas, Tahta dan Gate of Souls ikut tampil dalam acara malam dana di Teraskota BSD City pada Rabu, 3 November 2010.

Adapun penggalangan dana dilakukan oleh para seniman dengan berkeliling Mal Teraskota dengan membawa kotak amal kepada pengunjung dan melelang hasil karya seni berupa lukisan, disain dan patung. Selain itu bagi grup band Zigas dan Tahta hasil penjualan kaset dan compact disc (CD) pada malam itu semuanya disumbangkan bagi korban bencana.

“Meskipun kami pelaku seni tetapi untuk kepedulian terhadap korban bencana alam dalam diri kami para seniman sangat tinggi. Berapapun dana yang terkumpul dari pertunjukan kolaborasi seni ini, semua untuk disumbangkan,” tutur Benny Navaro, Ketua Panitia Charity Coustic.

Selama empat jam pagelaran berlangsung dan ditambah dengan donasi lewat rekening Milis BSD Society, terkumpul dana sekitar 15 juta rupiah.”Rencananya sumbangan akan disalurkan lewat salah satu stasiun televisi swasta,” pungkas Benny.


1 November 2010

Mozaik Muslim di Amerika

Umat Muslim telah menjadi bagian dari sejarah Amerika sejak masa pra-Columbus. Makanya tidak heran bila para penjelajah dulu menggunakan peta yang dibuat oleh orang Muslim. Itu karena mereka (orang Muslim) lebih tahu tentang pengetahuan geografis dan navigasi waktu.

Beberapa ahli memperkirakan bahwa 10 - 20 persen dari budak yang dibawa dari Afrika adalah Muslim. Film "Amistad" menyinggung fakta ini, menggambarkan umat Islam yang berada di atas kapal budak. Mereka berdoa sementara kaki dirantai bersama di dek saat melintasi Atlantik. Meski tidak terdapat bukti sejarahnya, tapi hal tersebut dapat dibuktikan dari beberapa sumber terpercaya:
* Ibnu Umar Said (1770-1864) lahir di negara Muslim Futa Toro di Afrika Barat (Senegal saat ini). Dia adalah seorang sarjana Muslim dan pedagang yang ditangkap dan diperbudak. Ia tiba di South Carolina pada tahun 1807 dan dijual kepada James Owen dari North Carolina.

* Sali-Bul Ali adalah seorang budak di perkebunan. Pemiliknya, James Cooper menulis: "Dia adalah orang beragama Islam yang patuh. Tidak meminum minuman keras, berpuasa terutama di bulan Ramadhan..."

* Lamen Kebe adalah seorang budak yang menjadi seorang guru sekolah di Afrika. Ia berbagi informasi tentang teks dan metode pengajaran yang digunakan sekolah-sekolah Islam di negaranya.

* Abdul Rahman Ibrahim Sori menghabiskan 40 tahun di perbudakan sebelum ia kembali ke Afrika untuk mati. Dia menulis dua otobiografi dan menandatangani sketsa dirinya dengan Henry Inman. Sketsa tersebut tampil di sampul "Freedman's Journal" dan dipajang di Perpustakaan Kongres.

Pada saat itu, banyak budak Muslim didorong atau dipaksa untuk masuk agama Kristen. Banyak budak generasi pertama yang mempertahankan identitas Muslim mereka. Namun, dalam kondisi perbudakan yang keras, keyakinan tersebut sebagian besar hilang pada generasi berikutnya.

Islam di Amerika Selama Civil Right Era
Kebanyakan orang, ketika memikirkan Muslim Afrika-Amerika, mereka berpikir tentang "Nation of Islam." Tentu saja, pemikiran tersebut bermula dari sejarah tentang bagaimana Islam bisa berada di tengah orang Afrika-Amerika. Ada beberapa alasan kenapa Islam disukai sampai sekarang.

Di antara alasan mengapa orang Afrika-Amerika telah dan terus tertarik pada Islam adalah:
1) Banyak warisan Islam berada di Afrika Barat di mana banyak nenek moyang mereka berasal dari sana
2) Tidak adanya rasisme dalam Islam. Berbeda dengan kebrutalan dan perbudakan yang telah mereka alami selama jaman penjajahan.

Pada awal 1900-an, beberapa pemimpin kulit hitam mengupayakan untuk membantu membebaskan budak Afrika. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan kembali harga diri dan merebut kembali warisan mereka. Noble Drew Ali memulai sebuah komunitas nasionalis kulit hitam, Moor Ilmu Bait Allah, di New Jersey pada tahun 1913.

Setelah kematiannya, sebagian pengikutnya berpaling ke Wallace Fard yang mendirikan Lost-Found Nation of Islam di Detroit pada tahun 1930. Fard adalah seorang tokoh misterius yang menyatakan bahwa Islam adalah agama yang alami untuk Afrika dan tidak menekankan ajaran iman yang ortodoks. Sebaliknya, ia berkhotbah bahwa nasionalisme kulit hitam, dengan mitologi revisionisnya menjelaskan sejarah penindasan orang kulit hitam. Banyak dari ajaran-ajarannya yang bertentangan dengan iman Islam sebenarnya.

Kemudian pada tahun 1934, Fard menghilang dan Elia Muhammad mengambil alih kepemimpinan Nation of Islam. Fard disebut-sebut sebagai "Juru Selamat" dan pengikutnya percaya bahwa ia adalah Allah dalam daging di bumi.
Kemiskinan dan rasisme yang merajalela membuat pesan-pesanya tentang keunggulan orang kulit hitam dan "setan putih", lebih diterima secara luas. Pengikutnya, Malcolm X, menjadi tokoh publik selama tahun 1960-an, meskipun ia memisahkan diri dari Nation of Islam sebelum kematiannya pada tahun 1965.

Orang-orang Muslim melihat Malcolm X (kemudian dikenal sebagai Al-Hajj Malik Shabaaz) sebagai contoh orang yang pada akhir hidupnya menolak ajaran rasis-perbedaan dari Nation of Islam dan memeluk persaudaraan Islam yang sebenarnya. Suratnya dari Mekah, ditulis selama ziarahnya, menunjukkan transformasi yang telah terjadi. Seperti yang kita lihat sekarang, orang Afrika-Amerika telah membuat transisi dan meninggalkan organisasi nasionalis kulit hitam untuk memasuki persaudaraan Islam dunia.

Islam di Amerika Hari Ini
Jumlah Muslim di Amerika Serikat saat ini diperkirakan antara 6 - 8 juta orang. Menurut beberapa survei pada tahun 2006 - 2008, dari jumlah tersebut, 25% adalah orang Afrika-Amerika.

Mayoritas Muslim Afrika-Amerika telah memeluk Islam dan menolak ajaran rasis dari Nation of Islam. Warith Deen Mohammed, putra Elijah Muhammad, membantu memimpin masyarakat untuk bergabung dengan agama Islam yang sebenarnya.

Di samping itu, jumlah imigran Muslim di Amerika Serikat juga telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Di antara imigran tersebut, sebagian besar berasal dari negara-negara Arab dan Asia Selatan. Sebuah penelitian besar yang dilakukan oleh Pew Research Center pada tahun 2007 menemukan bahwa Muslim Amerika adalah sebagian besar masyarakat kelas menengah dan berpendidikan.

Saat ini, Muslim di Amerika merupakan sebuah mosaik warna-warni yang unik di dunia. Afrika-Amerika, Asia Tenggara, Afrika Utara, Arab, dan Eropa berkumpul setiap hari untuk sembahyang dan bersatu dalam iman. Dengan pengertian bahwa mereka semua sama di hadapan Allah.


Penduduk Muslim Dunia
Hampir seperempat dari penduduk dunia saat ini adalah Muslim. Mereka tersebar di beberapa negara di dunia. Lebih dari lima puluh negara mayoritas penduduknya beragama Islam, sisanya beragama Non-yang menjadi kaum minoritas.

Meskipun Islam sering dikaitkan dengan dunia Arab dan Timur Tengah, namun jumlah masyarakat Muslim di sana ternyata tidak kurang dari 15%. Berikut negara-negara dengan populasi Muslin terbesar di dunia (2009).

Dzikir Bukan Fitnahan, Tapi Fundamental Iman Yang Kokoh

Banyaknya isu dan kenyataan yang berkembang tentang Dzikir saat ini, sering dijadikan alat untuk menjatuhkan citra seseorang.

Namun, hal tersebut bukanlah suatu halangan bagi Al Ustadz Habibullah Al-Faqir Illallah Endang Haryana Tajudin Syarif, Pendiri Yayasan Majelis Dzikir Al-Ikhlas Kota Tangerang, untuk terus menginformasikan dan mengibarkan kekuatan Dzikir sebagai fundamentalisme iman yang kokoh dalam Islam.
Hal itu disampaikannya dalam acara pengajian bulanan di Majelis Taklim At-Tin, Jalan HS Abdul Aziz No 16, Rt 01/02, Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang pada Jumat (12/10). Pengajian yang dihadiri oleh sejumlah ibu-ibu gabungan dari 87 Majelis Taklim se-Kecamatan Tangerang itu seakan membawa khalayak tersadar bahwa Dzikir itu merupakan asal usul tersebarnya agama Islam pada zaman Rasulullah SAW, serta betapa dahsyatnya makna Dzikir sesungguhnya.

Endang Haryana Tajudin Syarif menerangkan, sebelum tersebarnya Dzikir di belahan dunia, tentu atas dasar adanya sejarah. Kata dia, dari pada adanya Dzikir itu sendiri diambil dari kisah pendek seorang Muhammad (nama sebelum diangkat menjadi nabi Allah SWT). Muhammad saat itu di setiap Bulan Ramadan selalu ke Gua Hira untuk bersemedi dan menyepi menikmati alam semesta. Dengan kesabarannya yang tinggi sebagai makhluk yang diciptakan dengan segala kesempurnaannya, Muhammad berkhidmat.
Sampai pada akhir khidmatnya, Jibril Alaihi Salam datang mengajarkan suatu kata kepadanya “Ya Muhammad Iqro, dijawabnya tidak bisa”, Kemudian Muhammad Alaihi Salam dipeluk, dengan keringatnya yang mengucur dan menggigil seluruh tubuhnya untuk mengucapkan “Laa Ilaaha Ilallah Muhammadarasulullah…”

Kemudian dia sampaikan berita itu kepada istrinya yaitu Siti Khadijah, lalu dia menyampaikan berita itu kepada pamannya. Kemudian pamannya menjelaskan tentang apa yang tersirat di dalam Injil. “Wahai Khadijah, sesungguhnya suamimu itu adalah Rasul.” Namun, Siti Khadijah tidak percaya karena merasa mereka adalah orang yang bodoh, hina, dan miskin.

Pada Bulan Ramadan berikutnya, Muhammad SAW kembali pergi ke Gua Hira. Sampai kemudian dia kembali didatangi Jibril dan dijelaskan kembali. Kemudian penjelasan Jibril itu direnungkan Muhammad untuk dihayati dan dicari tahu apa makna sesungguhnya kejadian yang menimpanya tersebut.

Pada suatu saat, Jibril kembali kepada Muhammad untuk memberitahu bahwa Muhammad akan dihijrahkan ke Siratul Muntahad. Setelah pulang dari sana, baru Muhammad yakin kalau dirinya adalah Rasul Allah. Sejak itu, Nabi Muhammad merasa semakin kuat imannya, semakin kuat rohaninya, dan semakin kuat batinnya bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya. Lalu terbentuklah kelompok Dzikir.
“Sesungguhnya iman itu sangat luar biasa,” ungkap Ustad Endang kembali.

Dilanjutkannya, setelah Rasulullah wafat, maka majelis Dzikir itu dikelola oleh Saidina Ali. Karena Saidina Ali sudah lanjut usia lalu menyerahkan majelis itu kepada Hasan Basri (sebagai putra angkat Rasullah). Lalu, Hasan Basri diajarkan oleh Saidina Ali tentang keimanan dengan konteks Dzikrullah. Kemudian Hasan Basri membangun lembaga formal, yakni Majelis Dzikir yang dikelola oleh Saidina Ali lalu dikembangkan oleh Hasan Basri secara luar biasa, secara terbuka, sampai ke seluruh negeri secara internasional.

“Mulai dari situlah seluruh umat Islam belajar tentang majelis Dzikir. Mereka semua belajar Islam dari Dzikir. Namun pada kenyataannya, Dzikir saat ini dijadikan fitnah,” tangkasnya.

Hal tersebut jelas sangat disayangkannya. Terbukti, lanjutnya, saat ini Dzikir kerap dijadikan seperti sebuah bomerang dalam kehidupan. Banyak ragam yang menyatakan tentang fitnah terhadap Dzikir. Serta banyak orang yang menggunakan Dzikir hanya untuk menangkap dirinya. Supaya terlihat orang yang tersoleh, orang yang dekat dengan Allah, serta untuk mengangkat kredibilitasnya demi mendapatkan keuntungan dan memperkaya diri.

“La Illaha Ilallah.. sepertinya sederhana, tapi sekarang selalu menjadi bahan fitnahan. Padahal Dzikir adalah fundamental dasar sebagai penguatan iman,” jelasnya.

Sementara itu, Pimpinan Majelis Taklim At-Tin, Hj R. Tin Husna, mengungkapkan, pihaknya sangat berterimakasih dengan kedatangan Pimpinan Majelis Dzikir Al-Ikhlas. Pasalnya, pengetahuan yang diberikan kepada jemaah ibu-ibu merupakan informasi penting untuk diketahui lebih dalam mengenai apa dan mengapa harus berdzikir.

“Karena Allah SWT, saya dapat mengundang beliau. Karena masalah Dzikir itu sangat penting. Ibu-ibu belum terlalu banyak tahu tentang bagaimana, apa, dan untuk apa Dzikir itu. Dengan keberadaan Majelis Dzikir Al-Ikhlas ini, diharapkan dapat menjadi wadah bertambahnya informasi dan wawasan tentang keagamaan, saudara dan mempererat silaturahmi,” pungkasnya kepada Ma’rifat.

Kumpulan Kaligrafer Penebar Siar Islam

Indah dan Islami, hal itulah yang tersirat di pikiran kita bila melihat karya-karya kaligrafi. Belitan huruf-huruf Arab yang dihiasi berbagai ornamen warna-warni, semakin menambah kekaguman terhadap seni Islam yang satu ini.

Sebagian besar seni Kaligrafi diaplikasikan untuk menghias berbagai rumah ibadah dan rumah tinggal. Tapi dalam perkembanganya, banyak pula yang menghiasi berbagai bidang seperti koin, permata, senjata, batu alam, dan sebagainya. Bahkan, ada juga yang menerapkannya dalam lukisan atau cinderamata. Seperti terlihat di Noqtah Art Gallery yang berlokasi di bilangan Bintaro.
Tidak banyak yang bisa mengaplikasikan seni tulis huruf Arab yang isinya berupa potongan ayat Alqur'an atau Hadits Nabi SAW ini. Hal itu disebabkan karena tingkat kerumitan yang terkandung di dalamnya dan pemahaman terhadap bahasa Arab. Belum lagi penguasaan gaya desain yang biasanya harus disesuaikan dengan keinginan pemesan.

“Memang tidak mudah untuk membuat seni kaligrafi ini. Perlu ketekunan dan kesabaran tinggi dalam pengerjaannya. Detail setiap desain perlu diperhatikan dan juga skala ukur yang akan diterapkan dalam medianya nanti,” kata Direktur Utama Noqtah Art, Isep Misbah S.Ag.

Noqtah Art
Noqtah Art dimulai dari aktifitas Isep Misbah dan temannya dalam menerima order untuk membuat kaligrafi di masjid dan rumah. Awalnya, lelaki kelahiran 7 Maret 1974 ini, hanya sebatas hobi. Tapi dari situ, ternyata banyak permintaan dari masyarakat. Lalu, lulusan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah tahun 2000 ini, mulai membentuk tim kaligrafer profesional yang berprestasi.

“Saya kumpulkan beberapa kaligrafer yang pernah juara dalam kompetisi kaligrafi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Setelah itu, mulailah saya bekerja secara profesional dan terbentuklah Noqtah Art secara resmi pada tahun 1997,” jelas Isep yang mengenal kaligrafi sejak di Pondok Modern Assalam, Sukabumi.

Pertama kali, Isep hanya mengaplikasikan Kaligrafi dengan media cat.Tapi sekarang, dengan Noqtah Art, alumlus Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) tahun 1994 ini, telah merambah media lain seperti kayu GRC, mika, kuningan, stainless steel, metal, dan batu alam. Semua media tersebut, bisa dibuatnya menjadi karya kaligrafi yang menawan.

“Selain inovasi media, kami juga mengembangkan Kaligrafi ke dalam elemen-elemen interior seperti lukisan, cinderamata, dan hiasan dinding lain,” ujar Isep yang memajang berbagai lukisan Kaligrafi senilai Rp 500 ribu sampai 25 juta di galerinya.

Dari sekian banyak order yang diterima, sebagian besar adalah pengerjaan kaligrafi untuk masjid. Berbagai tempat ibadah umat Muslim banyak dihiasi kaligrafi dari Noqtah. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga masjid di luar negeri seperti Masjid Kholid bin Walid Polis Diraja Sarawak Malaysia. “Sudah lebih dari 70 masjid dan rumah yang pernah saya kerjakan,” ucap Isep yang pernah mendapat penghargaan kategori Kaligrafi Modern dari Al-Burda Award Dubai UEA pada tahun 2009.

Gaya Kaligrafi
Dari sekian banyak gaya kaligrafi yang beredar sekarang, sebagian besar masyarakat lebih menyukai gaya Maroko dan Minimalis. Maroko khas dengan Arabes atau Zukrofah Islami. Desainnya geometris berbentuk anyaman. Lain lagi dengan gaya Minimalis yang simpel, praktis, dan terkesan kaku. “Tapi dalam penerapannya, motif harus sinergi dengan gaya arsitektur,” jelas Isep.

Kaligrafi adalah tulisan indah di mana huruf demi huruf dalam kaligrafi Arab bisa disambungkan. Jenis hurufnya sendiri sangat variatif. Begitu juga dengan gaya kaligrafinya. Pada jaman Dinasti Abasiah, terdapat lebih dari 500 gaya desain yang populer.

Sekarang ini, ada 8 jenis kaligrafi Arab yang populer. Di antaranya, Sulus, Naskhi, Ta’liq, Diwani, Diwani Jali, Riq’ah, Kufi, dan Ijazah. Lainnya disesuaikan dengan daerahnya seperti Maroko dengan gaya Maghribi-nya atau India dengan Kaligrafi Hindi.

Biasanya, dalam penerapan dan penggalian ide desain kaligrafi, Isep akan memerhitungkan ciri khas daerah dari pemesannya. Masing-masing daerah pasti memiliki simbol atau karakter tertentu yang akan ditambahkan sebagai ornamen-ornamen penghias dalam kaligrafi.

Dari beberapa proses pengerjaan, menurut Isep, paling sulit adalah fase penemuan ide desain. Di situ biasanya akan banyak waktu lama karena kaligrafi adalah produk seni dalam sebuah industri di mana kita harus bisa mengejawantahkan kemauan pemesan. Bukan semau kita, tapi harus bisa mengakomodasi kemauan pemesan.

Harga Kaligrafi
Mengenai harganya, Isep cenderung melihat tingkat kesulitan, kerumitan, dan kondisi dari proyek yang akan dikerjakannya. Seperti halnya ketika Isep mengerjakan Masjid Agung Darussalam di Sumbawa Barat. Kubah masjid tersebut memiliki ketinggian sekitar 40 meter dengan diameter lingkaran sepanjang 25 meter. Dengan resiko pengerjaan yang tinggi, maka harga pun akan mengikutinya. Tapi, kalau mau disebutkan, harga yang dipatok untuk pengerjaan kaligrafi standar menggunakan media cat acrylic, sekitar Rp 500 ribu per meter.

Sedangkan lama pengerjaan, terbilang relatif dari 1 minggu sampai 2 atau 3 bulan. Semuanya tergantung tingkat kerumitan dan juga kemauan pemesan. “Biasanya, ada yang mengejar tenggat waktu peresmian. Kalau begitu, kita harus menerjunkan tim yang cukup banyak,” kata Isep.

Sama halnya dengan Musaf Al-Quran untuk Sumbawa yang sedang dikerjakan Noqtah Art saat ini. Lama pengerjaan bisa 2 – 3 tahun. Di samping pengerjaannya yang hand made, musaf tersebut juga dihiasi berbagai ornamen daerah seperti bunga Setanggi, Lonto Engal, dan Bintang 8 yang menjadi ciri khas daerah Sumbawa. Belum lagi ukurannya yang cukup besar (1 X 1,5 meter).


Waroeng Kejujuran Dibuka Untuk Umum

SMP Al-Azhar BSD menyadari betul pentingnya sikap jujur bagi siswanya yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Prihatin akan maraknya korupsi yang terjadi di Tanah Air, SMP Al-Azhar BSD City mendirikan Waroeng Kejujuran dengan tujuan melatih dan menumbuhkan sikap jujur sejak dini. Pembukaan Waroeng Kejujuran merupakan salah satu upaya nyata pihak sekolah untuk melatih siswa didiknya berperilaku jujur.

Waroeng ini sendiri didirikan atas ide dan prakarsa Badan Koordinasi Orangtua Murid dan Siswa (BKOMS) SMP Al-Azhar BSD yang bekerja sama dengan pihak sekolah. Sebenarnya gerai ini telah berjalan selama dua minggu lebih sebelum akhirnya secara resmi dibuka untuk umum.
Faiz Rasidi, Guru Bidang Kesiswaan sekaligus salah satu pengelola Waroeng Kejujuran SMP Al-Azhar BSD mengatakan, Waroeng Kejujuran adalah sebagian kecil yang dapat sekolah lakukan untuk mendidik anak-anak berlaku jujur, minimal buat diri sendiri di hadapan sang pencipta. Nantinya diharapkan bila menjadi pemimpin dapat menjalankan semua amanah dengan jujur.

”Adapun modal awal warung ini diperoleh dari uang kas BKOMS dan sumbangan orangtua murid, dan pengelolaannya diserahkan oleh OSIS. Nanti anggota OSIS akan membuat laporan harian dari pengelolaan warung dan setiap minggu akan dilaporkan kepada BKOMS,” papar Rasidi. Waroeng Kejujuran tidak ada penjaga ataupun kasirnya, semua harga sudah tercantum dan pembeli tinggal membayar sesuai harga yang dibeli dengan menaruh uang di kotak yang sudah disediakan.

Waroeng Kejujuran yang dibuka mulai pukul 07.00-16.00 WIB dari Senin-Jumat. Warung ini antara lain menyediakan berbagai keperluan sekolah,seperti alat tulis, keperluan ekstrakulikuler dan aneka makanan ringan.

Pererat Silahturahim Lewat Pengajian Rutin

Sesuai dengan Hadist Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan setiap manusia harus saling berhubungan baik satu sama lain atau yang dikenal dengan Habluminnas. Dalam upaya mewujudkannya, Pengajian Mushola Nurut Taqwa, Kampung Rawa, Kelurahan Jombang merealisasikan lewat pengajian rutin setiap minggu guna terjalinnya silahturahmi antar warga sekitar mushola. Demikian dikatakan Ketua Pengajian Nurut Taqwa, Ustad Abdul Rahim, S.Pdi saat ditemui.
Menurut Abdul Rahim, kegiatan pengajian ini telah terbentuk sejak tahun 1996 bersamaan dengan rampungnya pembangunan mushola Nurut Taqwa. Pada dasarnya terbentuknya pengajian rutin ini merupakan perwujudan misi dalam menjalin dan memupuk silahturahmi antar warga sekitar mushola Nurut Taqwa dan sampai saat ini anggota pengajian Nurut Taqwa berjumlah 30 orang. “Alhamdulillah saat ini kami memiliki 30 anggota yang tetap setia mengikuti pengajian,” katanya.

Rahim melanjutkan, kegiatan pengajian Nurut Taqwa ini dilakukan setiap hari Kamis dan Minggu. Untuk hari kamis malam pengajian dilakukan dengan tahlil dan membaca surat yasin bersama, sedangkan untuk Minggu malam pengajian dilakukan dengan tausiah oleh penceramah. Setiap minggunya selalu menampilkan penceramah-penceramah yang berkompeten. “Tak jarang kami selalu mengundang para penceramah dari luar daerah untuk memberikan tausiah,”ujarnya.

Pengajian mushola Nurut Taqwa ini tergabung dalam Forum Silahturahim. Forum ini adalah kumpulan dari pengajian-pengajian mushola dan masjid se-Kelurahan Jombang dan Pondok Pucung. Setiap satu bulan sekali Forum ini menggelar sholat subuh gabungan, yaitu sholat subuh yang dilakukan oleh seluruh anggota pengajian Forum Silahturahim. Secara bergiliran tiap bulannya kandang tandang ke mushola dan masjid untuk melakukan sholat subuh bersama. “Secara otomatis kegiatan ini menambah dan emmperluas jangkauan silahturahmi yang kita inginkan bersama,” tutup Rahim

Muhammad Sirri Djamhuri - Antara Kewajiban dan Kecintaan

Semangat untuk terus menyebarkan dan menegakan ajaran Islam tampak terlihat jelas di sosok Muhammad Sirri Djamhuri, Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ma’Mur, Kreo Selatan, Kecamatan Larangan Cileduk, Kota Tangerang. Menurut pria yang akrab disapa Ustadz Sirri ini, salah satu cara untuk terus menghidupkan Islam adalah dengan menguatkan pondasi pendidikan Islam sendiri.
Melalui ponpes yang dipimpinnya, ustadz muda kelahiran Tangerang, 27 November 1975 ini berusaha memberikan pendidikan Islam yang terbaik untuk para santrinya. “Yang paling utama dari kegiatan saya adalah menyebarluaskan ilmu agama, kemudian baru menyentuh misi sosial,” katanya.

Dalam kesehariannya, alumnus Ponpes Al Alim, Cikalong, Bandung, Jawa Barat ini mengaku total mengurus Ponpes Al Ma’Mur. Awalnya, kata Ustadz Sirri, adalah pemberian tanggung jawab dari ayahandanya, KH. Djamhuri Marzuki, pendiri ponpes ini. “Lama kelamaan, mengurus ponpes ini menjadi sebuah kecintaan,” ujarnya lagi.

Berbicara mengenai ponpesnya, Ustadz Sirri mengaku masih ingin terus meningkatkan kualitas pendidikan dan sarana lainnya untuk para santri. Ia ingin membekali para siswanya, tidak hanya dengan ilmu agama yang mumpuni tapi juga dengan ilmu dunia yang baik.

“Meski porsinya lebih besar ilmu agama, keduanya juga harus diseimbangkan. Agar para santri dapat semakin bermanfaat bagi masyarakat luas,” kata bapak 3 anak ini menutup perbincangan.

Pondok Pesantren Al Ma’Mur - Santrinya Anak Yatim dan Siswa Putus Sekolah

Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ma’Mur berdiri pada tahun 1969 silam. Ponpes yang berlokasi di Jl. Pesantren, Kreo Selatan, Kecamatan Larangan Cileduk, Kota Tangerang ini didirikan oleh KH. Djamhuri Marzuki.

Ponpes Al Ma’Mur mendidik para santrinya dengan konsep pembelajaran diniyah, atau pengajian klasikal. Dijelaskan oleh Pimpinan Ponpes Al Ma’Mur, M. Sirri Djamhuri atau yang akrab disapa Ustadz Sirri, kegiatan utama para santri adalah mengaji Al Quran.
“Kegiatan belajar pesantren dilakukan ba’da Ashar hingga malam hari. Pada saat itu, para santri akan belajar mengaji Al Quran yang dilanjutkan dengan dzikir Rotibul Hadad,” kata Ustadz Sirri.

Selain mengaji, para santri juga dibekali dengan kemampuan berkhotbah. Pembelajaran berkhotbah ini disebut muhadaroh, yang dilakukan seminggu sekali setiap Sabtu malam. Kemudian, pada malam Jum’at, para santri juga diwajibkan untuk membaca Yasin dan bertahlil.

Di Ponpes Al Ma’Mur, untuk tahun ini terdapat 80 santri, baik pria maupun wanita. Menurut Ustadz Sirri lagi, sebagian besar dari mereka berasal dari luar Jakarta atau Tangerang seperti Serang, Pandeglang, Karawang, dan Bandung.

Jenjang pendidikan di Ponpes Al Ma’Mur ini terbagi menjadi empat tingkatan, yakni Ibtida, Ula, Ustho, dan Ulya. Pembagian jenjang ini tidak berdasarkan usia, melainkan berdasarkan kemampuan mengaji siswa.

Yang juga menarik dari ponpes yang satu ini adalah para santrinya yang sebagian besar adalah anak yatim atau anak-anak putus sekolah. Sejak awal ponpes ini berdiri, kata Ustadz Sirri lagi, memang seperti itulah adanya. “Santri yang mondok di ponpes ini kebanyakan adalah anak yatim dan siswa putus sekolah. Mereka bisa belajar di sini tanpa harus membayar. Pun begitu ada juga beberapa santri yang berasal dari keluarga berkecukupan,” ujarnya.

Untuk perekrutan atau pendaftaran calon santri di Ponpes Al Ma’Mur, biasanya dilakukan oleh para alumni pesantren.

“Santri yang sudah selesai belajar di sini, biasanya akan kembali ke daerahnya masing-masing. Dan di sana mereka akan menyebarluaskan ilmu pengetahuannya. Dari situlah mereka bias merekomendasikan pesantren ini kepada anak yatim atau anak putus sekolah,” jelas Ustadz Sirri lagi.

Ponpes Al Ma’Mur ini sendiri bernaung di bawah Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (Yakiin), yang diketuai oleh Naufal Djamhuri. Ponpes ini member memberi perhatian lebih kepada anak-anak yatim dan siswa putus sekolah.

Sejumlah kegiatan lain juga dimiliki oleh ponpes ini, antara lain adalah seni Islam qosidah hadroh dan pencak silat beksi.

Lebih jauh Ustadz Sirri menuturkan, ia merasa ponpes ini masih sedikit memiliki kekurangan, terutama pada bidang fasilitas belajar untuk para santri. Yang dimaksudkannya adalah laboratorium komputer dan program keahlian kerja nyata seperti bengkel otomotif atau menjahit untuk para santrinya.

“Hal-hal itulah yang tengah kami upayakan. Kami juga sangat berharap para santri di sini tidak hanya menguasai ilmu agama saja, tapi juga memiliki kemampuan kerja yang bisa diaplikasikan langsung di masyarakat. Karena itu, jika ada pihak-pihak yang bersedia membantu mewujudkan cita-cita mulia ini, dengan senang hati akan kami sambut,” tegas Ustadz Sirri.

Berdiri di atas lahan seluas 3 ribu meter persegi, di dalam lingkungan Ponpes Al Ma’Mur juga terdapat sekolah formal, mulai dari tingkat madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, hingga aliyah. Dan para santri yang mondok di ponpes ini, juga ikut serta dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah formal tersebut.


H Muhammad Saidi - Malu Rasanya Tidak Bisa Baca Al-quran

Mengingat kondisi masyarakat saat ini masih lemah dalam memahami dan membaca huruf Alquran, menjadikan suatu kewajiban bagi seorang ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangsel, H Muhammad Saidi untuk memangkas pembodohan tersebut.

Hal ini sengaja dilakukannya semata-mata karena Allah SWT. Alasan mulianya itu atas dasar dirinya sebagai seorang muslim harus memberikan kontribusi yang baik kepada masyarakat yang membutuhkan, terlebih tentang pengetahuan huruf Al-quran.
”Malu rasanya kita beragama Islam tapi tidak bisa membaca Al-quran. Maka dari itu, saya melalui program kerja MUI akan memberantas kebodohaan aksara Alquran pada seluruh masyarakat,” jelasnya.

Kata dia, MUI sebagai penggagas program ini, namun hal tersebut akan berjalan baik jika para warganya mempunyai kesadaran dan kemauan yang tinggi untuk belajar. ”Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau merubah keadaan dirinya sendiri untuk merubah keadaannya,” gagasnya.

Agar lebih jelas, mari kita simak seson tanya jawab Ma’rifat bersama H Muhammad Saidi di bawah ini.

Mengapa Umat Islam penting memahami huruf Alquran?
Menurut Ahmad Tafsir, beragama adalah masalah sikap. Di dalam Islam, sikap beragama itu intinya adalah iman. Jadi yang dimaksud beragama pada intinya adalah beriman.
Jiwa beragama atau perilaku beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang merefleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas. Aspek rohaniah individu tersebut direfleksikan dengan membaca ayat-ayat Alquran.

Jadi sangat penting sekali orang yang beragama Islam untuk memahami huruf Al-quran, karena Alquran adalah kitab pedoman yang tertinggi kedudukannya sebagai pedoman hidup yang membawa syafaat dunia dan akhirat.

Apa yang menyebabkan masyarakat belum memahami huruf Alquran?
Faktor penyebab utama banyaknya masyarakat buta huruf tersebut karena adanya sikap berhenti belajar, kurang sadar tentang pentingnya ilmu agama, serta adanya pemahaman keilmuan agama masih lemah.

Masyarakat buta huruf tersebut didominasi warga umur 60 tahun ke atas, selebihnya dialami oleh remaja dan anak-anak kecil. Hal tersebut diharapkan para orang tua dan alim ulama di wilayahnya dapat berperan aktif dalam perhatian masalah satu ini, karena kondisi memprihatinkan ini masih banyak dialami masyarakat luas. Jangankan remaja, para orang tua juga masih banyak yang belum mengerti.

Sikap awal apa yang akan dilakukan MUI?
Kami akan melakukan percontohan terlebih dahulu di beberapa kecamatan pada bulan ini. Pelaksanaannya dilaksanakan oleh masing-masing kebijakan setiap kelompok. Yakni, setiap kelurahan dibentuk dua kelompok. Masing-masing kelompok berjumlah 20 orang dengan lima orang pengajar. Kalau di Kecamatan Pamulang sudah terlihat hasilnya, maka selanjutnya akan dilanjutkan pada kecamatan-kecamatan yang lainnya

Jika program ini sudah selesai, apakah ada tindaklanjut?

Demi meningkatkan kualitas daya baca Al-Quran pada masyarakat, juga sebagai pemberdayaan bagi para guru ngaji yang selama ini menganggur. Jadi pasti akan ditindaklanjuti ke depannya. Yaitu dengan memberdayaan para guru ngaji untuk terus mengajarkan ilmunya kepada penerus yang masih kecil. Karena, kondisi para guru ngaji tersebut sungguh emprihatinkan dari segi pekerjaan, serta kurang perhatian pemerintah. Degan begitu, para guru ngaji di daerah dapat diberdayakan dan dimanfaatkan ilmunya lebih fokus lagi. Serta menghasilkan penghasilan yang akan diusahakan MUI.

Apa harapan untuk pemerintah?
Karena hal ini merupakna kondisi yang sangat serius, saya berharap pemerintah agar lebih memperhatikan dan mengeluarkan program yang berkaitan dengan pemberantasan buta aksara Quran. Selain itu dari pihak terkait dapat memberikan bantuan berupa kerjasama untuk menjalankan visi dan misi yang sama dalam membangun Kota Tangsel sebagai Kota yang religius dan berpendidikan.

Fachruddin Zuhri - Prioritaskan Pemetaan Tempat Peribadatan

Sejalan terbentuknya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) pada Desember 2009 silam, kepengurusan FKUB menfokuskan program pendataan dan pemetaan tempat peribadatan semua agama di Kota Tangsel.

Pasalnya, tempat peribadatan agama yang ada saat ini kondisinya masih semrawut dan tidak merata, khususnya tempat beribadah bagi umat muslim di Kota Tangsel. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris FKUB Kota Tangsel, Fachruddin Zuhri ketika ditemui Ma’rifat. Berikut petikan wawancaranya:
Sebenarnya, apa saja fungsi FKUB dalam hal kerukunan umat beragama?
Fungsi FKUB diibaratkan seperti polisi lalu lintas, artinya, sebagai pengatur interaksi antar umat beragama agar tidak menimbulkan konflik antara umat beragama yang ada.

Caranya dengan melaksanakan dan menaati aturan main yang ada dalam peraturan perundangan yang berlaku sebagai payung hukum FKUB.

Bagaimana dengan payung hukum dan tugas pokok FKUB?
Payung hukum FKUB terletak pada Peraturan Bersama Menteri Agama dan Mentri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 tahun 2006. Yakni tentang tugas kepala daerah/wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadah. Untuk tugas pokok FKUB sendiri, mengacu pada Pasal 8 ayat 1 ialah melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat, serta guna menampung aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat.

Sebagai penyalur aspirasi tersebut dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan Walikota, serta melakukan sosialissai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat dan pemberdayaan masyarakat, dan memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat.

Dalam tugas tersebut, saat ini akan difokuskan pada pendataan dan pemetaan rumah ibadat yang sesuai dengan rekomendasi berbagai perangkat daerah dan kota setempat. Jika pengajuan pendirian rumah ibadah tidak ada rekomendasi dari RT, RW, kelurahan, dan kecamatan setempat kami tidak akan melasanakannya.

Kalau begitu, apa saja syarat pendirian rumah ibadah?
Pendirian rumah ibadah harus sesuai dengan Pasal 14 ayat 1, mengenai pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung. Dilengkapi sesuai dengan Ayat 2 butir A, bahwa syarat administratif harus adanya daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengguna rumah ibadah paling sedikit 90 orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah.

Selain itu, harus adanya dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang, serta rekomendasi tertulis Kepala Kantor Departemen Agama Kota, dan rekomendasi tertulis FKUB Kota.

Pada prakteknya, walaupun data administratif warga sudah lengkap, kami tidak begitu saja percaya. Maka dari itu, kami akan langsung melakukan survey dan pengecekan data warga.

Pengajian As-Syukuriah Giri Loka 2 BSD

Keinginan untuk menjalin silaturahim antar sesama alumni pramugari Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia (GIA) merupakan salah satu ide terbentuknya Majelis Talim As-Syukuriah.

Adapun ide itu muncul, manakala sering diadakan reuni para mantan pramugari yang ingin sekedar bertemu untuk sekedar cerita dan kangen-kangenan. “Dari reuni itu terbesit ide untuk membentuk wadah yang bermanfaat bagi alumni pramugari. Apalagi sebagian besar alumni sudah menyandang gelar hajah. Jadilah pengajian As-Syukuriah ini,“ ungkap Heni Gunawan, Ketua Pengajian As-Syukuriah.
Sejak dibentuk pertengahan tahun 2009 lalu, pengajian yang semula beranggotakan sekitar 30 alumni pramugari ini, dalam perkembangannya juga terbuka untuk berbagai kalangan. Termasuk warga di sekitar perumahan, pramugari GIA yang masih aktif, dan para remaja putri.

Bertempat di Giri Loka 2 BSD, Tangerang Selatan, komunitas ini rutin menggelar pengajian rutin sebanyak dua kali, pada Rabu dan Sabtu setiap minggu dan kegiatan agama Islam lainnya. “Kami kerap mengundang dan memberikan santunan kepada anak yatim dan kaum dhuafa. Dan mengundang ustadzah untuk memperdalam keagamaan,” ucap Heni.

Kegiatan utama dari kelompok pengajian As-Syukuriah ini adalah mengaji Al Quran. Pembacaan ayat-ayat suci selalu diperdengungkan manakala kelompok pengajian ini melakukan aktivitasnya. Dan sebagai kegiatan tambahan, siraman rohani serta sumbangan amal juga kerap dilakukan.

Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk lebih mengakrabkan tali silaturahmi antar sesama anggota dan mencari suasana baru, pengajian ini tidak hanya dilakukan di Giri Loka 2 BSD Saja. Bisa juga di tempat anggota pengajian lainnya seperti di Bintaro, Gading Serpong, atau Pamulang.

“Ke depannya kami ingin memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi masyarakat , terutama bagi mereka yang membutuhkan, seperti bakti sosial,” tutur Heni.

Hj. Heni Gunawan - Dengan Pengajian, Eratkan Persaudaraan

Kesenangannya dalam berkumpul terlihat jelas dalam giatnya pemilik nama Heni Gunawan ini dalam mengurus Majelis Taklim As-Syukuriah, di Giri Loka 2, BSD, Tangerang Selatan.

Ibu hajah ini mengaku sangat senang bila dapat berkumpul dengan teman, kerabat serta tetangga dengan kemasan kegiatan pengajian dan arisan yang rutin dilaksanakan setiap bulan di mushola miliknya.
Mantan Pramugari Garuda Indonesia selama 22 tahun ini juga mengaku ingin tetap belajar dan terus belajar dalam bidang keagamaan. Karena, dengan begitu dirinya dapat memperdalam pelajaran agama bersama teman, kerabat maupun tetangga dengan memanggil ustadjah untuk memberikan wawasan keagamaan di majelis taklim tersebut.
“Saya ingin memfokuskan diri di majelis taklim. Selain mendapatkan wawasan agama, saya juga dapat mempererat persaudaraan kepada sesama anggota majelis,” katanya.

Ketua Majelis Taklim Ass-Syukuriah ini juga tak lupa mengimbau kepada anggota lainnya untuk peduli terhadap sesama. Karena, dengan peduli dan ikhlas, Allah SWT yang akan memberikan ganjaran yang setimpal.

Ibu satu putri ini juga menambahkan, tidak hanya sekedar mengimbau kepada para anggota, belum lama ini MT As-Syukuriah telah melakukan beberapa kali aksi sosial dengan mengunjungi yayasan yatim dan warga yang tidak mampu, yang lokasinya di perkampungan sekitar BSD.

“Yang utama niat yang ikhlas dulu, barulah kepedulian terhadap sesama itu mendapatkan hasil yang setimpal dari tuhan,” paparnya.


Majelis Taklim As-Sakinah Alam Asri 3, Vila Dago, Pamulang

Majelis Taklim sebagai salah satu wadah pengajian, ternyata juga bisa dijadikan ajang untuk mengadakan berbagai kegiatan sosial. Antara lain donor darah, bakti sosial, kunjungan rohani dan pengembangan generasi muda untuk pembentukan akhlak.

Adalah Majelis Taklim (MT) As-Sakinah yang telah berdiri sejak sepuluh tahun lalu. Di bawah kepengurusan Hj. Widarningsih pada medio 2009, program-program tersebut bisa terlaksana berkat dukungan secara utuh dari ibu-ibu pengajian hingga warga di Perumahan Alam Asri 3, Vila Dago, Pamulang, Tangerang Selatan.

Adapun kegiatan-kegiatan hari besar Islam, secara rutin digelar oleh MT As-Sakinah dengan memperingati dan memeriahkan. Seperti Maulid Nabi Muhamad SAW, Tahun Baru Islam, Idul Fitri dan lain sebagainya. Selain itu untuk menambah keyakinan, nilai ibadah dan wawasan Islam, majelis ini juga mengelar santunan anak yatim dan berkunjung ke tempat – tempat wisata rohani di berbagai daerah di Indonesia.
Menurut Widarningsih, Ketua Majelis Taklim As-Sakinah, tujuan dari berbagai kegiatan tersebut, tidak lain adalah untuk menjalin silaturahim dan saling berbagi serta bertukar pengalaman. Sehingga akan memacu anggota majelis untuk berlomba-lomba berbuat kebajikan. “Majelis juga mengadakan tabungan haji serta umroh dan menjadi pemicu mereka lebih mendalami ajaran Islam,” ujarnya.

Tidak hanya kaum ibu, tapi anak-anak remaja juga dilibatkan di dalam segala kegiatan. Sehingga para generasi penerus mendapat wawasan agama dan berperilaku sesuai ajaran Islam. “Majelis taklim ini mengadopsi falsafah dari kami untuk kami, artinya semua dilakukan sendiri oleh anggota majelis, mulai dari penceramah, guru ngaji, donatur dan kepanitian, sehingga kekompakan tetap terjaga,” ungkap Siti Asiah Akbari, Wakil Ketua MT As-Sakinah.

10 Hal yang Mendatangkan Cinta Allah

Saudaraku, sungguh setiap orang pasti ingin mendapatkan kecintaan Allah. Lalu bagaimanakah cara cara untuk mendapatkan kecintaan tersebut. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa hal untuk mendapatkan maksud tadi dalam kitab beliau Madarijus Salikin.

Pertama, membaca Al Qur’an dengan merenungi dan memahami maknanya. Hal ini bisa dilakukan sebagaimana seseorang memahami sebuah buku yaitu dia menghafal dan harus mendapat penjelasan terhadap isi buku tersebut. Ini semua dilakukan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh si penulis buku. [Maka begitu pula yang dapat dilakukan terhadap Al Qur’an.
Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah yang sunnah, setelah mengerjakan ibadah yang wajib. Dengan inilah seseorang akan mencapai tingkat yang lebih mulia yaitu menjadi orang yang mendapatkan kecintaan Allah dan bukan hanya sekedar menjadi seorang pecinta.

Ketiga, terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik dengan hati dan lisan atau dengan amalan dan keadaan dirinya. Ingatlah, kecintaan pada Allah akan diperoleh sekadar dengan keadaan dzikir kepada-Nya.

Keempat, lebih mendahulukan kecintaan pada Allah daripada kecintaan pada dirinya sendiri ketika dia dikuasai hawa nafsunya. Begitu pula dia selalu ingin meningkatkan kecintaan kepada-Nya, walaupun harus menempuh berbagai kesulitan.

Kelima, merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan sifat Allah. Begitu pula hatinya selalu berusaha memikirkan nama dan sifat Allah tersebut berulang kali. Barangsiapa mengenal Allah dengan benar melalui nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia pasti mencintai Allah. Oleh karena itu, mu’athilah, fir’auniyah, jahmiyah (yang kesemuanya keliru dalam memahami nama dan sifat Allah), jalan mereka dalam mengenal Allah telah terputus (karena mereka menolak nama dan sifat Allah tersebut).

Keenam, memperhatikan kebaikan, nikmat dan karunia Allah yang telah Dia berikan kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin. Inilah faktor yang mendorong untuk mencintai-Nya.

Ketujuh, inilah yang begitu istimewa, yaitu menghadirkan hati secara keseluruhan tatkala melakukan ketaatan kepada Allah dengan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya.

Kedelapan, menyendiri dengan Allah di saat Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir untuk beribadah dan bermunajat kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al Qur’an). Kemudian mengakhirinya dengan istighfar dan taubat kepada-Nya.

Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang mencintai Allah dan bersama para shidiqin. Kemudian memetik perkataan mereka yang seperti buah yang begitu nikmat. Kemudian dia pun tidaklah mengeluarkan kata-kata kecuali apabila jelas maslahatnya dan diketahui bahwa dengan perkataan tersebut akan menambah kemanfaatan baginya dan juga bagi orang lain.

Kesepuluh, menjauhi segala sebab yang dapat mengahalangi antara dirinya dan Allah Ta’ala.

Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya.

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa kunci untuk mendapatkan itu semua adalah dengan mempersiapkan jiwa (hati) dan membuka mata hati. (lis)

Sumber: Madaarijus Saalikin, 3/ 16-17, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Darul Hadits Al Qohiroh.

Raih Rahmat Allah dengan Prilaku Adil Dunia dan Akhirat

Kebanyakan orang kadang lupa akan sikap adil pada sesamanya, atau seringkali melupakan hak-hak orang lain. Sebagai umat muslim, prilaku adil sangatlah penting. Pasalnya, sikap adil merupakan prilaku memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali terhadap Allah SWT saja. Hal tersebut dapat menjadikan hidup kita menjadi barokah.

Adapun Firman Allah SWT dalam Quran Surat An-Nisa ayat 135 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan “.
Prof.Quraisy Shihab menguraikan tentang makna keadilan saat ditemui Ma’rifat di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beberapa hari silam dalam acara yang digelar kongres Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah. Dia mengatakan, ada empat pengertian adil yang dikemukakan oleh para ulama, yaitu ; pengertian pertama adalah Adil dalam arti “sama. Hal itu artinya memperlakukan sama terhadap orang-orang, tidak membedakan hak-haknya. Firman Allah dari Q.S. an-Nisa (4) ayat 58 berikut :
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (Q.S. an-Nisa : 58)

Pengertian kedua ialah Adil dalam arti “seimbang”. Arti tersebut bermaksud, keseimbangan sangat diperlukan dalam suatu kelompok yang didalamnya terdapat beragam bagian yang bekerja menuju satu tujuan tertentu. Dengan terhimpunnya bagian-bagian itu, kelompok tersebut dapat berjalan atau bertahan sesuai tujuan kehadirannya. Firman Allah dalam surat al-Infithar (82) ayat 6-7 berikut ;
Artinya : Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. (Q.S. al Infithar :6-7)
Alam semesta akan bertahan selama bagian-bagian dari ekosistem yang ditetapkan Allah swt, dan bekerja dengan seimbang.

Adapun pengertian ketiga ialah adil dalam arti perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya. “Pengertian inilah yang didefinisikan dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya atau memberi pihak lain haknya melalui jalan yang terdekat. Lawannya adalah kezaliman dalam arti melanggar hak-hak pihak lain. Pengertian ini melahirkan keadilan sosial, “ jelas ungkapnya di sela-sela acara.

Serta pengertian terakhir adil yang dinisbatkan kepada Ilahi. Maksudnya, adil disini artinya memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak kemungkinan untuk itu. “Keadilan Ilahi merupakan rahmat dan kebaikan-Nya. Keadilannya mengandung konsekwensi bahwa rahmat Allah swt. tidak tertahan untuk diperoleh, sejauh makhluk itu dapat meraihnya,” pungkasnya.

 
Powered by Blogger